Pemuda Dan Olahraga

Publicado  Senin, 17 Mei 2010

Perjalanan suatu bangsa sejatinya tidak lepas dari keberadaan pemuda. Justru sejarah telah mencatat, dalam perkembangan peradaban dunia telah membuktikan peran pemuda sebagai pelaku lahirnya sebuah peradaban baru. Begitupun dalam perkembangan lahirnya bangsa Indonesia, baik diawali pada masa perjuangan kemerdekaan, masa kemerdekaan itu sendiri bahkan masa pasca kemerdekaan bangsa. Kiprah pemuda di Indonesia di awali pada 28 oktober 1988 dimana pada tanggal tersebut di deklasikan sumpah pemuda. Dengan adanya itu semangat para pemuda yang ada di Indonesia membara.

Eksistensi pemuda di Indonesia tidak di pungkiri sangat berpengaruh besar terhadap kelangsungan dinamika kehidupan bangsa. Sehingga banyak berbagai kepentingan formal maupun non formal menjadi titik strategis tumpahnya perhatian ke pemuda. Tidak hanya itu saja individual dan organisasipun tidak luput dari titik strategis tumpahnya perhatian. Bangsa Indonesia telah mewujudkannya, antara lain pada Konstitusi UUD 1945, yang menjamin pemuda, sebagai bagian terbesar (lebih 80 juta jiwa) masyarakat Indonesia atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembangnya serta hak atas perlindungan pemuda dari kekerasan dan diskriminasi, meraih pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia, serta jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

Pemuda merupakan generasi penerus untuk suatu bangsa dalam kedepannya. Kekuatan suatu bangsa mendatang dapat di lihat dari sumber daya manusianya. Untuk itu pemuda harus di siapkan dari sekarang untuk tantangan dunia yang semakin keras dengan pemuda memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tantangan tersebut.

Tetapi pemuda pada saat ini tidak sesuai dengan apa yang di harapkan menurut Organisasi Perburuhan Dunia (International Labor Organization) terdapat 160 juta orang di dunia yang menganggur dan 40 persen diantaranya adalah pemuda. Di Indonesia sendiri jumlah pemuda yang tidak sekolah sekitar 2 persen (Susenas, 2003). Selain itu juga minat membaca pada pemuda Indonesia sangat rendah, muncul kriminalitas di mana-mana, premanisme, narkoba, psikotropika dan HIV/AIDS. Pemuda Indonesia sekarang sangat berbeda dengan pemuda Indonesia dahulu. Dahulu pemuda Indonesia sangat semangat sehingga muncullah sumpah pemuda dan di lanjutkan dengan kemerdekaan republic Indonesia.

Kondisi pemuda secara sosiologis seperti yang diuraikan sebelumnya, dinilai mengalami himpitan antara arus idealisme dan pragmatisme, apalagi ketika berhadapan dengan tembok kekuasaan, terutama dalam menentukan orientasi dan tindakan yang harus diskenariokan, dikritisi, dan diresistensi dari sekian banyak problema dan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan negara, baik di tingkat nasional maupun di tingkat lokal.

Untuk itu perlu penegasan-penegasan sikap dari pemerintah terhadap persoalan kepemudaan dan olah raga, dikarenakan masih banyaknya pandangan yang tidak sesuai terhadap peran fungsi pemuda dan kegiatan-kegiatan keolahragaan ditambah pemahaman yang belum seutuhnya dari pihak pemuda sendiri dalam melihat jati dirinya sebagai penopang kokohnya bangunan kebangsaan. Dari keadaan seperti itu maka ada hal-hal yang perlu di perhatikan : kepedulian pemerintah terhadap pemuda dan olahraga yang dapat di wujudkan antaranya dalam anggaran APBDN, Diperlukan integrasi dan sinergi Kemenegpora dengan instansi lainnya, Daya dukung yang diberikan termasuk dalam hal sarana dan prasarana kepemudaan.

Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang mau mendewasakan pemudanya.

Vitrochul Umah

086484024

PKM 2010

Publicado  

KERSEN (Muntinga Calabura )BERKHASIAT SEBAGAI MINUMAN ISOTONIK


Ringkasan
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air. Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2,5 L cairan per harinya. Sekitar 1,5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas @240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per- harinya.
Tetapi dengan semakin banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh manusia menyebabkan mereka lupa untuk mengonsumsi banyak air putih, sehingga terjadilah dehidrasi. Pada saat ini solusi yang ditawarkan untuk mengatasi dehidrasi adalah minuman isotonik. Minuman isotonik adalah minuman yang di kemas untuk mengganti ion tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitas. Tetapi berdasarkan hasil riset LP3ES dan Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (KOMBET), 70% minuman isotonik yang beredar dipasaran mengandung bahan pengawet yang dapat menyebabkan penyakit lupus dan juga efek samping lain yang di timbulkan bila isotonik dikonsumsi secra berlebihan yaitu berupa edema (bengkak) karena retensi atau tertahannya cairan di tubuh. Bisa juga naiknya tekanan darah sebagai akibat bertambahnya volume plasma darah lantaran pengikatan air oleh natrium.
Dari keadaan seperti itu maka penulis memanfaatkan kersen untuk menjadi minuman isotonik karena kersen mengandung senyawa yang dapat menggantikan ion tubuh dan juga di dalam kersen terdapat senyawa karbohidrat, protein dan serat yang merupakan kelebihan dari kersen. Disini Kersen di fermentasi dengan menggunakan bakteri kapang lalu di endapkan selama 25 jam setelah itu disaring dan yang jernih di minum.











PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air adalah suatu komponen terpenting dalam tubuh manusia. Rata–rata cairan tubuh yang dimiliki oleh setiap manusia sekitar 50% - 60% dari total berat tubuhnya. Pada tubuh seorang yang terlatih seperti tubuh seorang atlet biasanya lebih banyak mengandung air daripada tubuh seorang yang bukan atlet. Setiap hari seseorang akan kehilangan air sekitar 2000 ml – 2500 ml. Sekitar 1500 ml cairan dalam tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keringat, 400 ml melalui proses pernafasan, 100 ml keluar bersamaan dengan feses. Itu terjadi pada tubuh seseorang dengan aktivitas fisik yang normal apabila terjadi aktivitas fisik yang terlampau berat, tidak menutup kemungkinan cairan dalam tubuh yang hilang akan lebih banyak. Akibatnya tubuh akan memerlukan cairan pengganti yang cukup banyak. Jika tidak dipenuhi, proses metebolisme dalam tubuh akan teganggu, sehingga berdampak pada proses pencernaan, penyerapan zat gizi bahkan temperatur tubuh (Lily Turangan/Prevention/KOMPAS dalam http://www.indoforum.org)
Dalam metabolisme tubuh, air mempunyai dua fungsi utama, yaitu (1) sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin, dan mineral; (2) air juga berfungsi membawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh. Sesuai fungsinya, peran air di dalam tubuh tidak bisa dianggap remeh. Apabila kebutuhan air di dalam tubuh tidak sesuai, maka dapat mengakibatkan dehidrasi. Gejala awal yang terjadi ketika seseorang mengalami dehidrasi ditandai dengan rasa lelah, mual, muntah, nyeri kepala, kejang otot pada betis, lengan dan perut. Jika dehidrasi terjadi terus menerus akan menurunkan volume darah sekitar 92% plasma darah terdiri dari air. Padahal berkurangnya volume darah sebanyak 5% saja bisa menurunkan kinerja seseorang hingga 30%. Hal tersebut berhubungan dengan fungsi vital darah sebagai penghantar oksigen dan zat gizi yang dibutuhkan sel dalam aktivitasnya. Bila terus berlanjut, dehidrasi bisa mengakibatkan koma bahkan kematian (Media Indonesia Rabu 25 Juni 2008).
Air berperan sangat penting untuk memenuhi asupan cairan dalam tubuh. Takaran 8 – 10 gelas air (1 gelas = 240 ml) dijadikan sebagai pedoman untuk menggantikan banyaknya cairan dalam tubuh yang telah hilang karena aktivitas. Namun di era globalisasi ini, minuman kemasan menjadi pilihan utama yang sangat digemari masyarakat. Apa lagi dengan munculnya minuman kemasan dengan embel – embel “isotonik” yang dijadikan minuman pengganti cairan tubuh yang hilang karena aktivitas. Hal ini didukung dengan intensifnya informasi yang beredar dimasyarakat diperkuat dengan gencarnya para produsen minuman ini mempromosikan produknya. Minuman yang dikenal sebagai minuman pemulih atau penjaga stamina ini lebih dikenal di kalangan atlet dan dokter sebagai minuman isotonik yang mengandung elektolit dan kabohidrat 6 – 8%. Selain itu osmolitasnya juga sama dengan komposisi darah. Ini yang manyebabkan minuman isotonik lebih cepat menyatu dengan tubuh (Lily Turangan/Prevention/KOMPAS dalam http://www.indoforum.org)
Berdasarkan hasil riset LP3ES dan Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (KOMBET), 70% minuman isotonik yang beredar dipasaran mengandung bahan pengawet. Kandungan yang terdapat pada mainuman itu berupa bahan kimia NATRIUM BENZOAT (Suara Karya, 2006). Dalam riset yang dilakukan oleh Sheffield University di Inggris terhadap bahan pengawet makanan dan minuman yang umum digunakan, dinyatakan bahwa natrium benzoat diperkirakan dapat merusak DNA. Hal ini dikemukakan oleh Pete Piper (professor bidang biologi molekuler dan bioteknologi) yang telah meneliti natrium benzoat sejak tahun 1999. Piper pernah menguji natrium benzoat pada sel ragi yang hidup, dan akhirnya menemukan bahwa substansi tersebut (natrium benzoat) dapat merusak DNA mitochondria pada ragi. Dampak lain dari natium benzoat pengawet minuman isotonik adalah kanker dan lupus. Hal tersebut dikarenakan vitamin C (ascorbic acid) yang ditambahkan dalam minuman isotonik akan bereaksi dengan natrium benzoat menghasilkan benzen, benzen tersebut dikenal sebagai polutan udara dan dapat menyebabkan kanker. Sedangkan lupus terjadi karena banyaknya seseorang mengkonsumsi minuman isotonik sehingga kekebelan tubuhnya berlebih. (Avicenna, 2008).
Berdasarkan pertimbangan kesehatan sebagaimana dikemukakan diatas, penulis menawarkan gagasan mengganti bahan minuman isotonik dengan buah kersen karena dalam kandungan kersen tidak hanya terdapat garam-garam mineral tetapi juga terdapat karbohidrat,protein dan lemak yang merupakan. Sehingga tidak hanya menggantikan ion tubuh yang hilang tetapi juga memberi tambahan energi buat tubuh. Selain itu dari beberapa penelitian menujukkan bahwa kandungan pada buah kersen lebih baik dari pada minuman isotonik yang saat ini beredar dipasaran.
Tujuan
1. Mendapatkan informasi akurat tentang kandungan bahan-bahan (khususnya bahan pengawet) dari minuman isotonik yang saat ini beredar.
2. Menelaah kemungkinan penggantian minuman isotonik dengan fermentasi kersen dengan menggali informasi akurat kandungan kersen sehingga kersen dapat dijadikan bahan untuk minuman isotonik tanpa bahan pengawet.
Manfaat
1. Bagi masyarakat, khususnya penggemar minuman isotonik dapat lebih berhati-hati mengkonsumsi berbagai minuman isotonik yang bereda di pasaran.
Bagi YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) agar lebih memperhatikan minuman isotonik yang beredar di pasaran, dengan meneliti kandungan yang ada di dalam minuman isotonik sehingga dapat
2. menginformasikan kepada para penggemar minuman isotonik atau konsumen.
3. Bagi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk lebih intensif dan secara periodik melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait (Persagi, IDI, produsen, dll) dalam rangka mengurangi dampak negatif berbagai bahan makanan dan minuman yg beredar di masyarakat.
4. Bagi dunia perguruan tinggi dapat mencari penemuan yang baru supaya tidak ada efek samping jika mengkonsumsi minuman isotonik


GAGASAN
Kondisi Kekiniaan Pencetus Gagasan
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air. Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2,5 L cairan per harinya. Sekitar 1,5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas @240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per- harinya. Pada saat ini dengan banyaknya aktivitas yang di lakukan oleh seseorang terutama yang memang pekerjaan rutinnya padat dan menguras tenaga, membuka peluang terjadinya kekurangan cairan tubuh. Munculnya minuman isotonik di pasar dengan berbagai merek merupakan salah satu solusinya. Banyak masyarakat mengonsumsi minuman isotonik karena minuman isotonik dapat membantu mengantikan cairan dan elektrolit yang hilang dan keluar melalui keringat. Minuman isotonik dengan cepat meresap ke dalam tubuh karena osmolaritasnya yang baik dan terdiri dari elektrolit-elektrolit untuk membantu mengantikan cairan tubuh. Namun demikian, perlu diperhatikan resiko berbahaya jika meminum isotonik berlebihan. Hasil riset yang di lakukan oleh Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (Kombet) terhadap 28 jenis minuman dalam kemasan dan yang paling banyak di teliti adalah minuman isotonik ternyata sebagian besar minuman dalam kemasan mengandung bahan pengawet yang membahayakan tubuh” kata Ketua Kombet Nova Kurniawan “saat konferensi pers di Hotel Sari Pan Pasific. Penelitian Kombet yang disupervisi Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Jakarta itu dilakukan di tiga laboratorium, yakni di Sucofindo Jakarta, M-Brio Bogor, dan Bio-Formaka Bogor. Ada dua zat pengawet yang dicari dalam minuman kemasan, yakni natrium benzoate dan kalium sorbet. Riset tersebut dilakukan 17 Oktober hingga 3 November 2006.( http://sutrisno2629.multiply.com/journal/item/2817).
Efek samping dari mengkonsumsi minuman isotonik yang berlebih , yaitu jika penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit Lupus (Systemic Lupus Eritematosus/ SLE). Penyakit lupus merupakan peradangan menahun yang menyerang berbagai bagian tubuh, terutama kulit, sendi, darah, dan ginjal. Hal itu disebabkan adanya gangguan autoimun dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh seseorang yang seharusnya menjadi antibodi tidak berfungsi melindungi, tapi justru sebaliknya, menggerogoti tubuh sendiri. Gejalanya, kulit membengkak, kencing berdarah atau berbuih, gatal-gatal, dan sebagainya. Penyakit ini menyebabkan kematian dan belum ada obatnya” menurut Nurhasan seorang anggota Peneliti Lembaga Konsumen Jakarta (PLKJ)”.
Efek samping lain yang di timbulkan bila isotonik dikonsumsi secra berlebihan yaitu berupa edema (bengkak) karena retensi atau tertahannya cairan di tubuh. Bisa juga naiknya tekanan darah sebagai akibat bertambahnya volume plasma darah lantaran pengikatan air oleh natrium. Ini bisa dimengerti karena minuman isotonik tidak mudah diserap ginjal. Konsumsi minuman isotonik bisa memaksa ginjal bekerja lebih keras untuk membuang kelebihan mineral yang tak dibutuhkan tubuh. Sehingga minimuman isotonik yang sekarang beredar di pasaran dapat membahayakan tubuh.( http://suaraguru.wordpress.com)
Kersen dengan nama ilmiah Muntinga Calabura, yang sering digunakan anak-anak untuk bermain atau dimakan, daun dan buahnya ternyata memiliki kandungan senyawa penting dan juga berkhasiat untuk obat.
Pohon kecil ini awalnya tumbuh semai liar di tepi jalan, selokan, atau bahkan di tengah retakan tembok lantai atau pagar dan tumbuh dengan cepat (biasanya dibiarkan saja) membesar sebagai pohon naungan. Walau sekarang banyak dipakai hanya sebagai tanaman peneduh, sebenarnya tanaman ini mempunyai manfaat kesehatan yang sangat berguna.
Manfaat daun dan buah kersen :
1. ANTISEPTIK --> Rebusan daun kersen ini ternyata mempunyai khasiat dapat membunuh mikroba atau sebagai antiseptik.
Rebusan daun kersen terbukti dapat membunuh bakteri sbb: C. Diptheriae , S. Aureus, P. Vulgaris, S. Epidemidis, dan K. Rhizophil.
Diduga aktivitas anti bakteri dari daun kersen ini disebabbkan oleh adanya kandungan senyawa seperti tanin, flavonoids dan saponin yang dimilikinya.
2. ANTIINFLAMASI --> Rebusan daun kersen juga mempunyai khasiat untuk mengurangi radang (antiinflamasi) dan juga menurunkan panas.
3. ANTITUMOR --> Daun kersen dilaporkan juga mempunyai efek anti tumor, dimana kandungan senyawa flavonoid yang dipunyai daun kersen ini ternyata dapat menghambat pertumbuhan sel kanker secara invitro/laboratoris.
4. ANTI URIC ACID (ASAM URAT) Di Indonesia secara tradisional buah kersen telah digunakan untuk mengobati asam urat dengan cara mengkonsumsi buah kersen sebayak 9 butir 3 kali sehari. Hal ini terbukti dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari penyakit asam urat tsb.

Solusi yang Pernah Ditawarkan
Di dalam minuman isotonik mengandung berbagai mineral yang diperlukan tubuh. Sebut saja natrium, kalium, kalsium, magnesium, karbohidrat, vitamin dan sebagainya. Tidak cuma itu ada khasiat yang paling khas dari minuman ini, yakni dapat segera mengganti cairan tubuh yang hilang. Atau dalam bahasa kerennya, mengganti ion atau elektrolit tubuh. Namun beberapa waktu lalu, Komite Masyarakat Antibahan Pengawet (Kombet) mengungkap hasil risetnya terhadap 28 minuman dalam kemasan. Yang paling banyak diteliti adalah minuman isotonik. “Ternyata sebagian besar minuman jenis itu mengandung bahan penga-wet,” kata Ketua Kombet, Nova Kurniawan. Sampel diambil secara acak untuk selanjutnya diuji secara laboratorium. Penelitian yang disupervisi Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Jakarta ini dilakukan di 3 laboratorium, yakni Sucofindo Jakarta, M-Brio Bogor, dan Bio-Formaka Bogor.
Produk minuman isotonik yang beredar di pasaran sekarang masuk ke dalam 4 kelompok: 1. produk yang tidak ditemukan bahan pengawet natrium benzoatedan kalium sorbat, 2. produk yang memakai pengawet natrium benzoat danmencantumkannya di label kemasan, 3. minuman yang mengandung dua pengawet, natrium benzoat dan kalium sorbat, tetapi hanya mencantumkan satu jenis pengawet, 4. minuman yang mengandung pengawet, tapi tidak mencantumkannya dalam label kemasan. Sebenarnya di dalam minuman isotonik memiliki kandungan bahan pengawet yang tidak begitu besar tetapi jika di konsumsi secara terus menerus tentu akan berakumulasi dan menimbulkan efek pada kesehatan. Konon penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit Lupus (Systemic Lupus Eritematosus/SLE). Penyakit lupus adalah penyakit yang muncul di sebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang berlebih yang justru mampu mengganggu kesehatan tubuh. Gejala umum dari penyakit lupus adalah lemah, kelelahan berlebih dan pegal-pegal. Gejala pada organ tertentu pada kulit gejalanya berupa ruam merah berbentuk mirip kupu-kupu di kedua pipi yang sering disebut sebagai butterfly rush, kerontokan rambut dan sariawan. Pada dada timbul rasa sakit yang menimbulkan gangguan pernapasan. Bila jantung atau paru-paru terserang, penderita akan merasakan jantung berdebar atau sesak napas. Bila jantung mengalami kelainan lanjutan, maka kaki menjadi bengkak. Pada sistem otot gejala yang dirasakan penderita adalah rasa lemah atau sakit di otot. Pada pesendian akan dirasakan sakit, baik dengan ataupun tanpa pembengkakan dan kemerahan. Pada darah terjadi penurunan jumlah sel darah merah, putih, dan sel pengatur pembekuan darah. Pada saluran pencernaan muncul gejala sakit perut, mual, muntah, diare, atau sukar buang air besar. Pada ginjal terjadi gangguan fungsi yang mengakibatkan tidak dapat dikeluarkannya racun hasil metabolisme dan banyaknya kandungan protein dalam urine. Pada sistem saraf timbul gangguan pada otak, saraf sumsum tulang belakang dan saraf tepi, yang mengakibatkan pusing atau kejang. Bahkan, bisa sampai menimbulkan stroke dan gangguan jiwa, meskipun ini jarang terjadi. (http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2008/02/ciri-ciri-penyakit-lupus.html)
Namun, memang tidak ada patokan berapa lamakah itu. Dampak lain dari bahan pengawet minuman dalam kemasan adalah kanker. Efek samping lain disebutkan bahwa bila dikonsumsi secara berlebihan, dapat menimbulkan efek samping berupa edema (bengkak) yang dapat terjadi karena retensi atau tertahannya cairan di dalam tubuh. Bisa juga naiknya tekanan darah sebagai akibat bertam-bahnya volume plasma lantaran pengikatan air oleh natrium “kata ketua Kombet , Nova Kurniawan. (http://blog.its.ac.id/fadliwdt/2007/08/20/menelisik-minuman-isotonik/).
Minuman isotonik semakin gencar menyerbu pasaran. Melalui iklan,
produk ini dicitrakan mampu mengganti cairan tubuh yang hilang dalam
waktu singkat. Pada saat kita kita melakukan aktivitas maka akan keluar keringat berupa garam- garam mineral, agar tidak terjadi dehidrasi maka kita memerlukan minuman yang dapat menggantikan ion tubuh kita yang hilang sehingga alternatif yang ada pada saat ini adalah dengan mengkonsumsi minuman isotonik Karena di dalam minuman isotonik mengandung Na+, K+, Ca2+,Mg2+, Cl- yang dapat menggantikan ion tubuh yang hilang. Tetapi minuman isotonik yang beredar di pasaran sekarang hanya mengandung garam-garam mineral yang di perlukan untuk mengganti ion tubuh yang hilang. Dari kenyataan yang seperti ini ada alternatif lain untuk menggantikan ion tubuh yang hilang dan juga memiliki kandungan yang lebih sehingga tidak hanya mengganti ion tubuh yang hilang tetapi memberi karbohidrat, protein yaitu dengan minum jus kersen. Jus kersen telah di teliti mengandung tidak hanya garam-garam mineral pengganti ion tubuh tetapi juga senyawa lain seperti karbohidrat, serat dan protein.

Tabel. 1.1

Kandungan dalam minuman isotonik adalah elektrolit (Na+, K+, Ca2+,Mg2+, Cl-), sedangkan kandungan gula cukup rendah hanya 6%-7% per 100 mL-nya (rata-rata = kurang lebih 26 kkal/100 mL, kebutuhan orang dewasa = kurang lebih 2.100 kkal/hari).
Air (77,8 gram),
Protein (0,384 gram),
Lemak (1,56 Gram),
Karbohidrat (17,9 gram),
Serat (4,6 gram),
Abu (1,14 gram),
Kalsium (124,6 mg),
Fosfor (84mg),
Besi (1,18 mg),
Karoten (0,019g),
Tianin (0,065g),
Ribofalin (0,037g),
Niacin (0,554 g)
dan kandungan Vitamin C (80,5 mg)
nilai Energi yang dihasilkan adalah 380KJ/100 gram.

Seberapa Jauh Kondisi Kekinian dapat Diperbaiki Melalui Gagasan yang Diajukan
Isotonik suatu kata yang tidak asing di telinga kita,sekarang isotonik sangat menjamur di pasaran dengan berbagai merek. Sehingga banyak konsumen yang mempertanyakan keberadaan isotonik kepada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) (http://www.epuskesmas.com).
Isotonik merupakan minuman yang dapat mengganti ion-ion tubuh yang hilang setelah kita melakukan aktivitas. Tetapi dalam mengkonsumsi minuman isotonik tidak di lakukan secara terus menerus, karena di dalam isotonik terdapat bahan pengawet yang bernama natrium benzoat. Natrium benzoat merupakan garam atau ester yang secara komersial di buat dengan sintesis kimia. Natrium benzoat merupakan garam asam Sodium Benzoic yaitu lewak tidak jenuh ganda.
Dengan mengkonsumsi isotonik yang secara terus menerus akan berakulmulasi dalam menimbulkan efek terhadap kesehatan Penggunaan pengawet tersebut dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit Lupus (Systemic Lupus Eritematosus/SLE). Efek samping lain yang bisa timbul adalah edema (bengkak) akibat dari retensi (tertahannya cairan di dalam tubuh) dan bias juga karena naiknya tekanan darah sebagai akibat bertambahnya volume plasma akibat pengikatan air oleh natrium. Riset yang dilakukan oleh Sheffield University di Inggris terhadap bahan pengawet makanan dan minuman yang umum digunakan, menyatakan bahwa natrium benzoat diperkirakan dapat merusak DNA. Hal ini dikemukakan oleh Pete Piper (professor bidang biologi molekuler dan bioteknologi) yang telah meneliti natrium benzoat sejak 1999. Ia pernah menguji natrium benzoat pada sel ragi yang hidup, yang akhirnya menemukan bahwa substansi tersebut (natrium benzoat) dapat merusak DNA mitochondria pada ragi. Di dalam tubuh, mitochondria berfungsi menyerap oksigen untuk menghasilkan energi. Dan bila dirusak, seperti terjadi pada sejumlah kondisi pada saat sakit, maka sel mulai mengalami kegagalan fungsi yang sangat serius. Sehingga di dalam tubuh akan terjadi kerusakan DNA di dalam mitochondria. Dan ada sejumlah penyakit di mana yang sekarang dikaitkan dengan penyakit Parkinson dan beberapa penyakit akibat degenerasi saraf. Natrium benzoat dapat menghambat pertumbuhan jamur yang biasa ditemukan pada minuman isotonik, maupun minuman-minuman ringan lainnya. Dampak lain dari natium benzoat pengawet minuman isotonik adalah kanker. Hal tersebut dikarenakan vitamin C (ascorbic acid) yang ditambahkan dalam minuman isotonik akan bereaksi dengan natrium benzoat menghasilkan benzen. Benzen tersebut dikenal sebagai polutan udara dan dapat menyebabkan kanker (Avicenna, 2008).


Cara Pembuatan Isotonik dari kersen :


Buah kersen yang telah diperoleh (100 gr) dibersihkan.



Buah kersen tersebut dimasukkan didalam mesin blender.
Dicampur 500 ml air. Dan gula 10 sendok makan.



proses ini berlangsung setelah buah kersen diblender kemudian
ditaruh didalam sebuah wadah/gelas ,didalam wadah itu dikasih
sebuah bakteri berupa kapang, setelah itu jus buah tersebut
didiamkan selama 1 hari dan ditutup bagian atasnya agar
fermentasi berjalan maksimal. Setelah kurun waktu 24 jam
endapan yang ada pada jus buah kersen naik ke atas permukaan air.
Kondisi jusnya menjadi lebih bersih..




tujuan disaring untuk memisahkan endapan dan air jus yang telah
difermentasi.




Setelah dipisahkan dari endapan, jus buah kersen siap dikemas
didalam botol.

Dengan keadaan yang seperti itu penulis memanfaatkan kersen sebagai bahan untuk pembuatan minuman isotonik. Karena di dalam kandungan kersen terdapat tidak hanya pengganti isotonik dalam tubuh tetapi terdapat senyawa-senyawa lain yang sangat berguna untuk tubuh. Senyawa-senyawa itu berupa protein, karbohidrat dan serat. Tetapi kerugiannya adalah kersen merupakan tanaman perusak dan juga tumbuh di sembarang tempat sehingga tidak adanya pembudidayaan tumbuhan ini selain itu tanaman ini cenderung lebih cepat busuk.
Pihak-Pihak Yang Dapat Membantu Mengimplementasikan
Melalui YLKI dapat membantu mensosialisasikan minuman isotonik baru yang dapat mengganti ion tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitas. Karena di minuman isotonik yang terbuat dari kersen memiliki kandungan yang lebih yaitu selain senyawa yang dapat menggantika ion tubuh juga senyawa lain berupa karbohidrat, protein dan serat. Selain itu YLKI juga harus berkerja sama dengan BPOM untuk mengawasi beredarnya minuman isotonik saat ini serta memperoleh lisensi dan sertifikat kelayakan minuman isotonik yang beredar pasar.

Langkah-langkah Strategi
Minuman isotonik akhir-akhir ini banyak beredar di pasaran dengan berbagai merek. Minuman isotonik dapat menggantikan ion tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitas. Dalam karya tulis ini penulis memanfaatkan kersen untuk mengganti ion tubuh yang hilang. Karena kersen selain mengandung senyawa yang di perlukan oleh tubuh kersen juga mengandung senyawa berupa karbohidrat, protein, dan serat sehingga pada saat mengganti ion-ion tubuh yang hilang kita tidak hanya mengganti ion tubuh yang hilang tetapi mendapat asupan gizi juga. Cara pemanfaatan buah kersen untuk mengganti ion tubuh yang hilang yaitu buah kersen (100 gr) yang telah diambil kemudian dicuci bersih kemudian dimasukkan kedalam mesin blender, dicampur dengan 500 ml air dan gula 10 sendok makan. Setelah selesai diblender jus kersen tersebut dimasukkan kedalam sebuah wadah. Didalam wadah itu dikasih sebuah bakteri berupa kapang, setelah itu jus buah tersebut didiamkan kurang lebih 24 jam dengan menutup bagian atas dari wadah tersebut agar fermentasi berjalan maksimal. Setelah itu endapan yang ada pada jus tersebut naik dengan sendirinya kepermukaan air. Dan jus itu menjadi lebih jernih



KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas maka dapat di simpulkan
1. Selama ini masyarakat menilai untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena aktivitas sehari – hari cukup dengan meminum air 1000 ml – 2500 ml atau setara dengan 8 gelas air itu sudah cukup untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Padahal itu semua tidak cukup
2. Minuman isotonic menjadi trend yang sangat popular. Banyak yang tidak mengetahui jika kandungan minuman isotonic yang saat ini beredar dipasaran kurang baik untuk tubuh. Apabila minuman itu dikonsumsi secara terus menerus akan mengakibatkan penyakit lupus
3. Pemanfaatan buah kersen diharapkan mampu untuk menjadi solusi lain untuk mengganti cairan tubuh yang hilang selain menggunakan minuman isotonic yang saat ini beredar dipasaran.

Daftar Pustaka
http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2008/02/ciri-ciri-penyakit-lupus.html. Diakses 18 februari 2010
http://aseprosmana.co.cc/?p=97. Diakses 12 februari 2010
http://blog.its.ac.id/fadliwdt/2007/08/20/menelisik-minuman-isotonik/. Diakses 10 maret 2010
http://suaraguru.wordpress.com. Diakses 12 februari 2010
http://sutrisno2629.multiply.com/journal/item/2817. Diakses 24 februari 2010
http://www.epuskesmas.com/kabar-kesehatan/tips-dan-trik/13-minuman-isotonik-berbahaya-. Diakses 1 maret 2010
http://www.minumankesehatan.com/baik-buruk-minuman-berenergi- minumankesehatancom/. Diakses 12 Februari 2010
Lily Turangan/Prevention/KOMPAS dalam http://www.indoforum.org. Diakses 6 Maret 2010
Suara Karya, 2006

Peran Pendidikan Tinggi Dalam Mendorong Mahasiswa Berprestasi Melalui Pengembangan Kecerdasan Kinestetik

Publicado  


Peran Pendidikan Tinggi Dalam Mendorong Mahasiswa Berprestasi

Melalui Pengembangan Kecerdasan Kinestetik


A. Pendahuluan

1. Latarbelakang

Mahasiswa sebagai subjek pendidikan sungguh memerlukan lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan seluruh potensi mereka dapat tumbuh dengan optimal. Potensi tersebut mensyaratkan kecakapan yang tanggap terhadap berbagai persoalan. Kecakapan ini bisa disebut sebagai kecerdasan. Tingkat kecerdasan yang memungkinkan tumbuhnya potensi seseorang, dimungkinkan berkembang dengan pola pendidikan yang memungkinkan untuk itu. Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan konsep aplikatif pendidikan yang memampukan mahasiswa untuk berprestasi sesuai peminatan dan bakatnya. Oleh sebab itu, perlu pemetaan yang jelas tentang konsep ideal pendidikan tinggi dalam memaksimalkan kecerdasan potensial mahasiswa menuju prestasi di segala bidang.

Manusia di dunia ini dilengkapi dengan berbagai kecerdasan yang cukup relatif, karena manusia memiliki kecerdasan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Contohnya ada seorang mahasiswa yang sangat mampu dalam perkuliahan logika atau menghitung, khusunya matematika, namun ada juga yang memiliki potensi dalam menggambar. Banyak orang berpandangan bahwa jika memiliki kemampuan eksakta, maka masa depannya akan sukses karena memiliki kemampuan untuk menghitung. Padahal setiap kemampuan orang masing-masing berbeda-beda. Orang yang sangat ahli matematika belum tentu ahli dalam seni, olahraga, musik dan lain-lain.

Setiap orang memilki kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model kecerdasan "multiple intelligence". Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mangatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkembangkan.Menurut Howard Gardener dalam setiap diri manusia ada 8 macam kecerdasan, yaitu:

  1. Kecerdasan linguistik

  2. Kecerdasan logik matematik

  3. Kecerdasan visual dan spasial

  4. Kecerdasan musik

  5. Kecerdasan interpersonal

  6. Kecerdasan intrapersonal

  7. Kecerdasan kinestetik

  8. Kecerdasan naturalis

Selama ini, yang namanya “kecerdasan” senantiasa dikonotasikan dengan “Kecerdasan Intelektual” atau yang lazim dikenal sebagai IQ (Intelligence Quotient). Namun pada saat ini, anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya tertumpu pada dimensi intelektual saja sudah tidak berlaku lagi. Selain IQ, manusia juga masih memiliki dimensi kecerdasan lainnya, yaitu: Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient) serta kecerdasan yang lain.

Kecerdasan yanga lain itu diantaranya adalah kecerdasan Kinestetik. Kecerdasan kinestetik adalah memuat kemampuan seorang anak untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada mereka yang unggul dalam bidang olah raga, misalnya bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, basket, dan cabang-cabang olah raga lainnya, atau bisa pula terlihat pada mereka yang unggul dalam menari, bermain sulap, akrobat, dan kemampuan-kemampuan lain yang melibatkan keterampilan gerak tubuh.

Olahraga memang bidang kegiatan yang paling erat kaitannya dengan peningkatan kecerdasan kinestetik. Pengertian olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi optimal. Dalam dunia olahraga diperlukan sikap yang aktif, karena di dalam olahraga seluruh bagian tubuh digunakan untuk bergerak. Di antara kecerdasan majemuk yang dapat dikembangkan dalam dunia olahraga adalah kecerdasan kinestetik yaitu kemampuan untuk mengendalikan gerak, keseimbangan, koordinasi, dan ketangkasan bagian–bagian tubuh. Di dalam olahraga (kecuali cabang olahraga tertentu seperti catur) seseorang harus terus bergerak dan diperlukan kelincahan dan juga kecerdasan dalam mengaplikasikan materi yang diterima dengan olah gerak, sehingga dalam dunia olahraga tidak hanya bermain otot tetapi juga bermain otak.

Tubuh manusia itu cerdas. Kelincahan Susi Susanti, pebulu tangkis, juga penari, pesenam indah menawan hati. Kelincahan jemari pianis, ketrampilan tangan ahli bedah, pekerja laboratorium, pemain biola timbulkan decak kagum. Tubuh manusia bukan sekadar organ, badan mesin, robot. Tubuh manusia mampu melesat, terencana, terarah, serasi, terukur, lentur, kreatif jauh melebihi tubuh segala binatang. Potensi tubuh manusia seakan tanpa batas, karena dalam tubuh manusia bersemayam akal budi kreatif. Perpaduan tubuh dan akal budi kreatif berarti apa yang dikehendaki pikiran akan direspon tubuh dengan luwes lentur, tubuh ternyata juga mendinamisasi akal budi kreatif. Tubuh cerdas seorang penari atau pesenam indah merupakan hasil proses belajar melalui bertindak semenjak usia dini.


2. Perumusan Masalah

Di dasarkan latar belakang yang ada di atas maka perumusan masalah yang diajukan dalam karya tulis ini adalah :

  1. Bagaimana posisi strategis kecerdasan kinestetik di antara jenis-jenis kecerdasan yang lain dalam pencapaian kesuksesan?

  2. Bagaimana solusi alternatif Pendidikan Tinggi dalam rangka memfasilitasi mahasiswa yang berpotensi berprestasi melalui kecerdasan kinestetiknya?


  1. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah :

  1. Memetakan posisi strategis kecerdasan kinestetik di antara jenis-jenis kecerdasan yang lain dalam rangka pencapaian kesuksesan.

  2. Memberikan solusi alternatif bagi pendidikan tinggi dalam rangka memfasilitasi mahasiswa yang berpotensi berprestasi melalui kecerdasan kinestetiknya.


  1. Manfaat

  1. Bagi mahasiswa yang memiliki kecenderungan cerdas secara kinestetik diharapkan dapat mengeksplorasi dan mengembangkan bakat kecerdasannya melalui pola fasilitasi pendidikan tinggi yang bermutu.

  2. Bagi dosen di pendidikan tinggi, setidaknya ada kesadaran pentingnya suasana pendidikan yang kondusif dan permisif terhadap pengembangan berbagai macam jenis kecerdasan, salah satunya kecerdasan kinestetik, bagi pencapaian kesuksesan mahasiswa baik saat masih berstatus mahasiswa maupun nantinya di dunia kerja.

  3. Bagi pengambil kebijakan pendidikan tinggi diharapkan pengembangan semua jenis kecerdasan dapat diakomodir dalam berbagai produk, misalnya pembuatan kurikulum ataupun pemberian materi yang relevan.

  4. Bagi masyarakat umum, tanggapan timpang tentang “pembedaan cerdas dan tidak cerdas” bisa dikoreksi berdasarkan potensi berbagai jenis kecerdasan dalam diri setiap insan.




6. Batasan Masalah

Dalam karya tulis ini penulis membatasi pembahasan hanya pada pengembangan kecerdasan kinestetik dalam rangka pencapaian prestasi maksimal bagi mahasiswa melalui pola pendidikan yang tepat dan holistik di pendidikan tinggi.

Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.


Prestasi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah meraih kesuksesan.


B. Kerangka Pikir

1. Jenis-Jenis Kecerdasan dan Upaya Optimalisasinya

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu:

  1. Biologis

  2. Lingkungan

  3. Budaya

  4. Bahasa

  5. Masalah etika

Manusia mempunyai kecenderungan untuk mengukur segala sesuatu. Pada zaman modern, barangkali alat untuk yang pertama digunakan untuk mengukur kecerdasan seseorang diawali dengan penciptaan tes Intelligent Quotients (IQ) (Thomas R. Hoerr, 2007). Pada awal 1900-an, Alfred Binet di Paris diminta untuk mengembangkan alat yang akan digunakan untuk mengenali anak-anak dengan mental terbelakang dan membutuhkan perhatian khusus. Saat itulah, tes kecerdasan standar yang pertama di dunia terlahir dan kajian para psikolog dunia tentang kecerdasan dimulai. Belakangan Carl Brigham meneruskan perkembangannya dengan merancang tes IQ yang telah diperbarui dengan nama Scholastic Aptitute Test (SAT) (Munif Chatib, 2006). SAT dibuat dengan cara memberikan serangkain pertanyaan kepada anak-anak. Mereka mencatat pertanyaan yang dapat dijawab dengan betul oleh hampir semua anak, pertanyaan yang bisa dijawab oleh sebagian besar anak, pertanyaan yang bisa dijawab oleh sebagian kecil anak dan pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh seorang anak. Informasi yang dihasilkan digunakan untuk merancang sebuah alat tes untuk membeda-bedakan tingkat pengetahuan anak, disusun sedemikian rupa sehingga skor 100 menunjukan kecerdasan rata-rata. Gagasan bahwa kecerdasan dapat diukur dengan skor akhirnya berakar. Beberapa tahun kemudian banyak sekali tes standar tersedia untuk beragam tujuan, semua berdasarkan teori yang digagas oleh Binet bahwa sebuah tes dapat menghasilkan angka yang menggambarkan seluruh kemampuan dan potensi seseorang.

Sejak tes IQ diciptakan orang selalu melihat kecerdasan seseorang sebagai sesuatu yang tunggal yang dibawa sejak lahir dan tidak akan banyak berubah sepanjang kehidupan seseorang. Hasil tes IQ digambarkan dalam bentuk angka yang dengan angka tersebut daat diketahui bahwa seseorang bisa dimasukkan dalam kelompok jenius bagi orang yang menghasilkan angka tinggi dan kelompok idiot bagi orang menghasilkan angka rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Howard Gardner (1983) membuktikan bahwa pandangan ini keliru (Thomas Armstrong, 2005). Masalah terbesar dari tes standard dan tes IQ adalah bahwa tes-tes ini mengukur kecerdasan secara sempit, berdasarkan seberapa baik siswa dapat membaca dan menghitung. Hanya sedikit dari kemampuan murid yang dapat diukur melalui tes ini yaitu kecerdasan akademik saja, terutama kecerdasan berbahasa dan matematika, itupun hanya sebagian kecil saja sedangkan kemampuan yang lain tidak dapat diukur dengan tes ini. Gardner menyatakan bahwa ada banyak kecerdasan yang tidak dapat diukur oleh tes IQ standar. Bakat musik, misalnya, tidak dapat diukur melalui kecerdasan ini. Ia mengatakan bahwa dunia psikologi dan pendidikan telah terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mempelajari kecerdasan melalui ruangan tes. Tes semacam ini hanya memang dapat mengukur sepenggal kecil dari sebuah gambar yang besar. Perlu diingat bahwa kehidupan nyata jauh lebih luas dari kehidupan di sekolah. Keberhasilan di kehidupan nyata mencakup lebih dari sekedar kecakapan berbahasa (menulis dan membaca) dan berhitung. Kita dapat lihat dari kenyataan di dunia bahwa orang-orang yang sukses di dunia adalah bukan orang yang berhasil di sekolah (Chatib, 2006). Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering kali melihat berita tentang siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) yang mempunyai kemampuan melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh orang normal, ini membuktikan bahwa orang idiot – berdasarkan vonis tes IQ - sekalipun mempunyai kecerdasan.

Setelah melalui berbagai penelitian, Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya (Armstrong, 2005, Hoerr, 2007). Ini menggambarkan definisi yang lebih luas, bersifat pragmatis dan berfokus pada penggunaan kemampuan dalam situasi kehidupan nyata, berbeda dengan definisi yang digambarkan dalam tes bakat standar yang didasarkan pada kefasihan berbahasa, kosa kata luas dan kecakapan berhitung yang hanya berguna di sekolah. Ia mengembangkan seperangkat kriteria untuk menentukan serangkaian kecakapan yang membangun kecerdasan. Kriteria difokuskan pada menyelesaikan masalah dan menciptakan produk dan didasarkan pondasi biologis dan aspek psikologis dari kecerdasan.

Sebagai seorang psikolog, Teori kecerdasan Gardner – yang terkenal dengan sebutan Multiple Intellegences disingkat MI- sangat kuat bergema di kalangan para pendidik karena menawarkan model untuk bertindak sesuai dengan yang para guru yakini: semua anak memiliki kelebihan. Ia mengidentifikasikan kecerdasan manusia menjadi delapan, yaitu: Kecerdasan bahasa, logis-matematis, musikal, kinestetis tubuh, spasial, naturalis, interpersonal, dan intrapersonal. Namun demikian ia tetap mengisyaratkan bahwa mungkin ada lebih banyak lagi kecerdasan dari pada yang pernah ia ungkapkan khususnya dalam budaya-budaya lain. Dengan demikian daftar MI-nya dapat disusun ulang dan ditambahkan (Julia Jasmine, 2007). Berikut ini penjelasan dari kecerdasan-kecerdasan tersebut.



a. Kecerdasan Linguistik: Word Smart

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif (Armstrong, 2005) atau hal-hal yang berhubungan dengan kepekaan pada makna dan susunan kata (Hoerr, 2007). Oleh sebagian pakar pendidikan kecerdasan ini disebut sebagai kecerdasan verbal. Membaca dan menulis yang menjadi tolok ukur tes bakat tradisional merupakan contoh dari kecerdasan ini.

Orang yang memiliki kecerdasan ini juga memiliki keterampilan auditori -yang berkaitan dengan pendengaran- yang sangat tinggi. Dapat belajar melalui pendengaran, gemar membaca, menulis, berbicara dan suka ”bercengkerama” dengan kata-kata merupakan ciri dari kecerdasan ini (Jasmine, 2007). Ini dapat ditemukan pada penggemar teka-teki silang, pecandu permainan scrabble, penyair, penyiar, orator, politisi yang sering mengunakan kata-kata untuk memanipulasi dan mempengaruhi atau pada orang yang gemar menciptakan permainan kata atau senang menceritakan lelucon, plesetan, anekdot yang umunya merupakan permainan kata.

Orang dengan tipikal kecerdasan linguistik yang tinggi dapat tumbuh dan berkembang dalam atmosfer akademik yang lazimnya tergantung pada mendengarkan kuliah (verbal), mencatat, dan diuji pada tes-tes tradisional. Mereka pada umumnya tampak mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi karena perangkat penilaian kita biasanya mengandalkan respon-respon verbal.


b. Kecerdasan Logis-Matematis: Number Smart

Kecerdasan logis-matematis mencakup dan berhubungan dengan kemampuan ilmiah (Jasmine, 2007) atau kemampuan untuk menangani relevansi/argumentasi serta mengenali pola dan urutan (Hoerr, 2007), kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengolah angka dan/atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat (Armstrong, 2005). Inilah kecerdasan yang sering dicirikan sebagai pemikiran kritis dan digunakan sebagai bagian dari metode ilmiah, yaitu kecerdasan yang digunakan ilmuwan ketika menciptakan hipotesis dan dengan tekun mengujinya dengan data eksperimental.

Orang dengan kecerdasan ini gemar bekerja dengan data: mengumpulkan dan mengorganisasi, menganalisis, menginterpretasikan, menyimpulkan kemudian meramalkan. Mereka melihat dan mencermati adanya pola serta keterkaitan antar data. Mereka suka memecahkan problem matematis dan memainkan permainan strategi seperti dam dan catur. Kecerdasan ini jualah yang digunakan oleh akuntan pajak, pemogram komputer, atau ahli matematika.

Kecerdasan logis-matematis sering dipandang dan dihargai lebih tinggi dari jenis kecerdasan lainnya, khususnya dalam masyarakat teknologi dewasa ini.

c. Kecerdasan Spasial: Picture Smart

Ini adalah kecerdasan gambar dan visualisasi, kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek dunia tersebut (Hoerr, 2007).

Orang dengan kecerdasan ini cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video, atau peragaan yang menggunakan gambar atau slide (Jasmine, 2007). Kecerdasan ini sering diungkapkan melalui kemampuan imajinasi, berangan-angan dan berperan.

d. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani: Body Smart

Seringkali disebut sebagai kecerdasan kinestetik saja, yaitu kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan terampil dan memegang objek dengan cakap (Hoerr, 2007) atau dengan kata lain kecerdasan seluruh tubuh dan kecerdasan tangan (Armstrong, 2005).

Orang dengan kecerdasan ini dikatakan sebagai orang yang ”berpikir” melalui tubuh dan memiliki koordinasi motorik yang baik dalam berbagai bidang. Mereka memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan dalam tubuh mereka. Tidak bisa diam, ingin bergerak terus, mengerjakan sesuatu dengan tangan atau kakinya, dan berusaha menyentuh orang yang diajak bicara merupakan ciri dari kecerdasan ini. Mereka sangat baik dalam ketrampilan jasmani dan menyukai aktivitas fisik dan berbagai jenis olah raga. Mereka lebih nyaman mengkomunikasikan infromasi dengan peragaan (demonstrasi) atau pemodelan. Mereka dapat mengungkapkan perasaan mereka –emosi dan suasana hati- melalui tarian.

Setiap orang mempunyai pengalaman dengan tubuh dan gerak setidaknya dalam beberapa hal atau tingkat. Itulah perasaan akrab dan nyaman yang dimiliki seseorang ketika bersepeda setelah beberapa lama tidak melupakannya, tubuh kita begitu saja ”ingat” bagaimana mengendarai sepeda (Jasmine, 2007).

e. Kecerdasan Musikal: Music Smart

Sebagian orang menyebutnya dengan kecerdasan ritmik, sebuah kemampuan menyanyikan sebuah lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan terhadap irama, titi nada, melodi, atau sekedar menikmati musik (Armstrong, 2005).

Kecerdasan ini barangkali yang paling sulit untuk difahami –setidaknya dalam lingkungan akademik- dan yang paling sedikit dukungannya diantara kecerdasan yang lain. Siswa yang cenderung bersiul dan bernyanyi di sekolah seringkali dianggap telah berlaku tidak patut dan/atau mengganggu kelas, padahal barangkali mereka sedang mempertontonkan kecerdasan musikalnya. Kita harus mempertimbangkan reaksi spontan terhadap siswa yang menggunakan earphone atau mp3 player ketika sedang membaca atau mengerjakan soal ulangan (Jasmine, 2007).

f. Kecerdasan Antarpribadi: People Smart

Kecerdasan ini sering pula disebut sebagai kecerdasan interpersonal, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan memahami dan bekerja sama, membina hubungan dengan orang lain (Armstrong, 2005). Ini ditampakkan dengan kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta ketaknyamanan atau keengganan dalam kesendirian dan menyendiri.

g. Kecerdasan Intrapribadi: Self Smart

Sering disebut sebagai kecerdasan intrapersonal, yaitu kecerdasan untuk memahami diri sendiri dan mengetahui siapa diri ini sebenarnya (Armstrong, 2005), akses pada kehidupan emosional diri sebagai sarana untuk memahami diri sendiri dan orang lain (Hoerr, 2007). Ini adalah kecerdasan mengetahui apa kekuatan dan kelemahan diri sendiri, juga merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk percaya diri.

h. Kecerdasan Naturalis: Nature Smart

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasi aneka spesies -flora dan fauna- dalam lingkungan (Hoerr, 2007). Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita: burung, bunga, pohon, ikan, dan lain-lain. Ini juga berhubungan dengan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam lain, seperti susunan awan dan ciri geologis bumi. Orang dengan kecerdasan naturalis umumnya sangat teliti dan senang mengamati keadaan sekitarnya.

Menurut Armstrong (2005) yang perlu diingat adalah bahwa setiap orang mempunyai kedelapan kecerdasan ini dan setiap hari menggunakannya dalam kombinasi yang berlainan. Seperti tindakan membaca yang tampaknya sesuatu yang sangat ”word smart” juga melibatkan picture smart ketika secara visual menafsirkan tulisan dan membayangkan artinya, body smart ketika membacanya dengan suara yang keras, self smart ketika mengaitkan bacaan dengan pengalaman pribadi. Kita juga harus ingat bahwa masing-masing orang mempunyai kedelapan kecerdasan ini dengan cara mereka masing-masing. Ada orang yang unggul dalam kecerdasan tertentu, sementara yang lain mengalami kesulitan dalam berbagai kecerdasan, tapi kebanyakan dari kita berada di tengah-tengah, dalam arti kita mempunyai satu atau lebih kecerdasan yang terasa mudah untuk kita ungkapkan, beberapa yang terasa sedang-sedang saja, dan satu atau lebih yang terasa sangat sulit.



3. Fungsi Pendidikan Tinggi sebagai Fasilitator

Kecerdasan Kinestetik, bagi mahasiswa sangat penting, oleh karena itu Dikti menfasilitasi program Universiade: kegiatan olahraga antara mahasiswa sedunia; World University Championship: kegiatan olah raga singel event yang diselenggarakan oleh FISU sekali dua tahun; Asean University Games atau POM ASEAN dan Pekan Olah Raga Nasional (POMNAS) (dikti.co.id). Peran pendidikan tinggi memang sudah tepat untuk diposisikan sebagai fasilitator yang menyediakan peluang di segala bidang potensi mahasiswa yang pada akhirnya bertujuan memampukan mahasiswa beradaptasi dan berkreasi di semua lini kehidupan.

Kesadaran stake holder pendidikan tinggi tentang pentingnya kecerdasan kinestetik ini bisa saja bersifat otonomi kampus, namun tetap saja diperlukan rambu-rambu peraturan yang memayungi hak aktualisasi potensi mahasiswa di bidang kecerdasan kinestetik ini menuju kecerdasan holistik secara nasional dalam rangka menjamin tidak terabaikannya hal ini di perguruan tinggi. Implementasi berbagai program dan aturan yang ada yang memampukan mahasiswa mendayagunakan kecerdasan kinestetiknya niscaya akan mengarahkan sumber daya manusia terdidik lulusan pendidikan tinggi menuju prestasi yang layak diunggulkan.


C. Pembahasan

1. Posisi Strategis Kecerdasan Kinestetik dalam Pencapaian Kesuksesan

Tubuh manusia itu cerdas, kelincahan jemari tangan pelukis Affandi, juga gerak tarian, Bagong Koesoedihardjo sangat menawan hati. Demikian juga kelincahan jemari pianis, keterampilan tangan ahli bedah, pekerja laboratorium, pesepak bola timbulkan decak kagum.Kecerasan Kinestetik dalam diri mereka adalah hasil pertumbuhan melalui latihan atau kebiasaan. Apa yang dikehendaki akal budi kreatif untuk bergerak mampu direspon oleh tubuh secara spontan dalam hitungan sepersekian detik dengan segala kelenturan, keterukuran, ketepatan serta kreativitas yang mengagumkan.Tubuh manusia demikian cerdas melebihi robot ataupun binatang, karena dalam tubuh manusia bersemayam akal budi kreatif. Siapapun yang memiliki Kecerdasan Kinestetik yang berkembang senantiasa memperoleh kesehatan, atau kebugaran tubuh lebih daripada orang biasa, juga membuahkan keceriaan hati dan kesegaran otak lebih daripada orang biasa. Tubuh yang bergerak cerdas mendinamisasi kinerja akal budi.

Posisi strategi kecerdasan kinestetik di antara jenis-jenis kecerdasan yang lain adalah bertitik berat pada suatu cara pembelajaran dan optimalisasi masing-masing kecerdasan. Keunggulan kecerdasan kinestetik diantara kecerdasan yang lain terdapat pada cara pemahaman mahasiswa terhadap semua potensi yang ada pada dirinya. Proses pembelajaran memacu kecerdasan kenestetik lebih menyenangkan dan mudah dipahami. Cerdas gerak berarti dapat mengoptimalkan kerja pada otak karena pada kecerdasan gerak diperlukaan adanya koordinasi antara otak dan saraf motorik. Orang dengan kecerdasan ini dikatakan sebagai orang yang ”berpikir” melalui tubuh dan memiliki koordinasi motorik yang baik dalam berbagai bidang. Mereka memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan dalam tubuh mereka. Tidak bisa diam, ingin bergerak terus, mengerjakan sesuatu dengan tangan atau kakinya, dan berusaha menyentuh orang yang diajak bicara merupakan ciri dari kecerdasan ini. Mereka sangat baik dalam ketrampilan jasmani dan menyukai aktivitas fisik dan berbagai jenis olah raga. Mereka lebih nyaman mengkomunikasikan infromasi dengan peragaan (demonstrasi) atau pemodelan. Mereka dapat mengungkapkan perasaan mereka –emosi dan suasana hati- melalui tarian.Setiap orang mempunyai pengalaman dengan tubuh dan gerak setidaknya dalam beberapa hal atau tingkat. Itulah perasaan akrab dan nyaman yang dimiliki seseorang ketika bersepeda setelah beberapa lama tidak melupakannya, tubuh kita begitu saja ”ingat” bagaimana mengendarai sepeda (Jasmine, 2007).


2. Solusi alternatif Pendidikan Tinggi

Berikut ini beberapa renungan penulis tentang upaya solusi yang bisa dilakukan pendidikan tinggi (termasuk dalam hal ini Dirjen Dikti) dalam rangka mengaktualisasikan potensi kecerdasan mahasiswa agar berprestasi di semua bidang keahlian dan peminatan.

  1. Membangun dan membudayakan kecerdasan holistik bagi mahasiswanya, yang meliputi kecerdasan kinestetik, intelektual, emosional,

  2. Menghasilkan berbagai model sistem pengembangan kecerdasan kinestetik oleh PT yang paling sesuai bagi mahasiswanya,

  3. Mengembangkan wawasan, sikap, dan ketrampilan dosen berlandaskan kecerdasan kinestetik dalam rangka mempersiapkan insan cerdas dan kompetitif

  4. Memgembangkan kurikulum pengembangan kecerdasan kinestetik mahasiswa

  5. Memberdayakan (termasuk pendanaan) Unit-Unit Kegiatan Mahasiswa terkait (terutama UKM keolahragaan)

  6. Mencari tenaga ahli dan tenaga pelatih kurikulum pengembangan kecerdasan kinestetik mahasiswa,

  7. Menetapkan indikator ketercapaian kecerdasan holistik mahasiswa yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan lulusan (output)


Dalam hal pembelajaran, strategi untuk mempermudah proses belajar mengajar yang mengoptimalkan kecerdasan kinestetik di antaranya bisa dengan:

    1. Jangan paksakan mahasiswa untuk belajar sampai berjam-jam.

    2. Belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: belajar mengajar sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

    3. Izinkan mahasiswa untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.

    4. Gunakan warna terang untuk meng-highliht hal-hal penting dalam bacaan.

    5. Izinkan mahasiswa untuk belajar sambil mendengarkan musik.



D. Kesimpulan

Kecerdasan kinestetik, yaitu kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan terampil dan memegang objek dengan cakap atau dengan kata lain kecerdasan seluruh tubuh dan kecerdasan tangan

Posisi strategi kecerdasan kinestetik di antara jenis-jenis kecerdasan yang lain adalah bertitik berat pada suatu cara pembelajaran dan optimalisasi masing-masing kecerdasan. Keunggulan kecerdasan kinestetik diantara kecerdasan yang lain terdapat pada cara pemahaman mahasiswa terhadap semua potensi yang ada pada dirinya. Proses pembelajaran memacu kecerdasan kenestetik lebih menyenangkan dan mudah dipahami.

Solusi alternatif di perguruan tinggi : membangun dan membudayakan kecerdasan holistik bagi mahasiswanya, pengembangan kecerdasan kinestetik, mengembangkan wawasan sikap dan ketrampilan dosen berlandaskan kecerdasan kinestetik, mengembangkan wawasan sikap dan ketrampilan dosen dalam kecerdasan kinestetik dan lain – lain


E.SARAN

Pemetaan potensi kecerdasan mahasiswa seyogyanya bisa dilakukan setiap pendidikan tinggi dengan menggunakan metode tertentu yang bisa dijadikan sebagai acuan bersama, regional maupun nasional, bahkan internasional. Hal ini membutuhkan kajian riset yang serius dan mendalam.

Strategi optimalisasi kecerdasan kinestetik tidak dilakukan dengan intervensi, tetapi lebih bersifat pendampingan. Kesadaran ini harus tertanam baik di kalangan civitas akademika, masyarakat, stake holder pendidikan tinggi, dan dunia kerja.













Daftar Pustaka

A. Setiono Mangoenprasodjo, Anak Masa Depan dengan Multi Intelegensi, (Yogyakarta: Pradipta Publishing, 2005)

Azhar Arsyad, Kunci Keberhasilan Pendidikan Bahasa Asing Masa Kini: Beberapa Pokok Pikiran, makalah, tidak diterbitkan, disampaikan dalam Seminar Nasional dalam rangka Pembukaan Program Doktor Universitas Islam Negeri Malang, 23 Juni 2007

David Gamon dan Allen Bragdon, Building Mental Muscle: Conditioning Exersices for The Six Intelligence Zones, terj. Rahmani, Cara Baru Mengasah Otak dengan Asyik: Temuan-temuan Mutakhir Tentang Kinerja dan Struktur Otak Plus Permainan-permainan Heboh Untuk Mengasah 6 Zona Kecerdasan, (Bandung: Kaifa, 2007)

Joy A. Palmer (editor), Fifty Modern Thinkers on Education, terj. Farid Assifa, 50 Pemikir Paling Berpengaruh Terhadap Dunia Pemikiran Modern, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2006)

Julia Jasmine, Professional’s Guide: Teaching with Multiple Intelligences, terj. Purwanto, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa, 2007)

Munif Chatib, Multiple Intellegences, makalah disampaikan dalam training Multiple Inttelligences untuk guru Yayasan Cakra Buana, Depok, Juni 2006

Thomas Armstrong, In Their Own Way Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intellegences , terj. Rina Buntaran, Setiap Anak Cerdas! Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligences-nya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005

Thomas R. Hoerr, Becoming a Multiple Intelligences School, terj. Ary Nilandari, Buku Kerja Multiple Intelligences Pengalaman New City School, (Bandung: Kaifa, 2007)




Penggunaan Energi Pada Aktivitas Otot

Publicado  Senin, 03 Mei 2010

Penggunaan Energi Pada Aktivitas Otot

Aktivitas olahraga sering kali memberi contoh paling jelas tentang pengeluaran energi seseorang. Pemain bola basket yang melakukan lompatan tengah harus mengeluarkan energi yang sangat banyak, meskipun hanya sesaat. Sebaliknya perenanga jarak jauh mengeluarkan energi dalam jumlah sedang untuk beberapa jam. Bab ini membahas proses bagaimana tubuh menghasilkan energi untuk aktivitas otot. Bab ini juga membari gambaran pola pengeluaran olahragawan sering di batasi oleh kemampuan memindahkan energi.
Energi,Kerja dan Tenaga
Dalam olahraga biasanya kita menyebut seorang olahragawan mempunyai “banyak tenaga” atau “kehabisan tenaga”. Dengan demikian, kita cenderung menyebut olahragawan “pekerja keras”, atau “kerja seperti kuda”, dan tentu saja kita sering menunjuk olahragawan sebagai “penuh tenaga”. Karena penggunaan istilah tertentu sering mengaburkan arti yang sebenarnya, kita akan mengawali uraian ini dengan memberi definisi tentang energi, kerja dan tenaga.
Energi
Energi adalah daya untuk melakukan kerja. Meskipun diketahui dalam berbagai bentik, energi umumnya diukur dengan satuan panas kilokalori (kkal). Satuan kkal adalah banyaknya panas yang di butuhkan untuk menaikkan temperatur 1 liter air 10 Celcius. Energia ada dua bentuk energi potensial dan energi kinetik.
Sumber energi potensial diperoleh dimana-mana. Misalnya, badan peloncat yang naik menuju papan loncatan mempunyai energi potensial yang sangat besar. Potensi untuk melakukan kerja ini secara jelas dipertunjukkan ketika peloncat meninggalkan papan loncat dan turun dengn cepat ke kolam di bawahnya. Energi potensial juga di simpan dalam bentuk-bentuk seperti panas dan listrik dan dalam susunan bahan kimia
Energi kinetik adalah energi gerak dan oleh karena itu biasanya diamati dalam kegiatan olahraga. Dalam atletik kita sering melihat pemindahan energi potensial ke energi kinetik dengan cepat. Dalam contoh yang dikutip sebelumnya, energi potensial peloncat secara cepat diubah bentuknya kedalam energi kinetik ketika gerakan turun terjadi. Demikian juga halnya pemain tengah belakang pada sepakbola yang berlari cepat ketengah lapangan mempertunjukkan energi kinetik tingkat tinggi. Sumber energi potensial dari energi kinetik pemain sepakbola ini akan di bicarakan dalam bagian terakhir bab ini.
Konsep utama tentang energi disimpulkan dalam hukum dasar fisika. Yakni, energi tidak diciptakan maupun dirisak, tetapi di dapat berubah bentuk. Jadi, olahragawan tidak menciptakan energi, juga tidak merusak dan juga membatasinya. Tetapi mereka secara terus menerus mengubah bentuk energi kimia potensial ke energi mekanik kinetik, perubahan bentuk energi adalah dasar kegiatan otot.
Kerja
Kerja adalah penampilan energi kinetik. Kerja melibatkan gerakan dan secara kuantitatif sama

Gambar 16.1 Hitungan kerja dan tenaga jika seorang pelari dengan berat badan 140 pon menaiki bukit setinggi 200 kaki, kerja yang di hasilkan sebesar 28.000 kaki pon. Berat badan pelari = 140 pon. Waktu untuk mendaki bukit = 2 menit. Kerja = tenaga x jarak = 140 pon x 200 kaki = 28.000 kaki-pon. Tenaga = kerjawaktu = 28.000 kaki-pon2 menit = 14.000 kaki-pon/menit.

dengan hasil perkalian antara tenaga dan jarak penggunaan tenaga tersebut (K= T x J, K = kerja, T = tenaga, J = jarak)
Karena energi adalah daya untuk melakukan kerja, energi dan kerja adalah dua istilah yang dapat saling dipertukarkan, dan dapat dinyatakan dalam satuan yang sama ( misalnya,kalori, kaki-pon, kilogram-meter). Jadi, suatu kerja otot tertentu dapat dianggap setara dengan suatu jumlah energi potensial. Sebagai contoh, seorang pelari lintas alam dengan berat badan 140 pon yang lari menaiki bukit setinggi 200 kaki menghabiskan kerja 28.000 kaki-pon, dan ini setara dengan kira-kira energi 9 kkal (Gambar 16.1)

Tenaga
Tenaga adalah kerja yang dinyatakan dalam tiap unit waktu :
T=kerjawaktu
Tenaga adalahsuatu konsep yang sangat penting dalam atletik karena tenaga menentuka kecepatan penampilan kerja. Biasanya dalam olahraga kita kurang memperhatikan jumlah kerja yang kerja yang ditampilkan olahragawan. Kita lebih memperhatikan kecepatan yang mereka tampilkan. Dalam olahraga tingkat penampilan yang lebih tinggi biasanya berkaitan dengan kecepatan kerja yang lebih tinggi atau tenaga besar.
Karena kerja adalah perwujudan energi kinetik, tenaga dapat dinyatakan dengan satuan-satuan kerja atau energi tiap unit waktu. Dengan contoh pelari tingkat alam tersebut (gambar 16.1) apabila ia lari naik bukit dalam dua menit, tenega yang keluar akan menjadi 14.000 kaki-pon/menit. Ini setara dengan kecepatan tenaga keluar 4.5kkal/menit.

Perubahan Bentuk Energi Oleh Otot Rangka
Seperti dibicarakan pada Bab XV, kontraksi otot di sertai dengan pecahnya ATP. ATP, setiap saat di sebut “tenaga peredar” sel, terdapat dalam serabut otot dan sebagai sumber tenaga mendadak
Gambar 16.2. ( A)Molekul ATP berisi dua ikatan fosfat energi tinggi. Selama kontraksi otot ATP dipecah menjadi ADP, melepaskan energi yang digunakan untuk membakar proses kontraktil (B) (Dari Fox, E.I.., dan D.K. Mathews, The Physlological Basic of Psysical Education and Atheletics, Edisi ke-3. Philadelpia:Sauders Collage Publishing, 1981)

Untuk kegiatan otot. Seperti diperlihatkan dalam gambar 16.2, tiap molekul ATP berisi dua ikatan fosfat energi tinggi. Ikatan kimia ini menggambarakan kembali suatu pusat energi potensial yang dapat di ubah bentuknya menjadi energi kinetik di bawah dasar-dasar yang terdahulu.
Selama kontraksi serabut otot energi tinggi dari banyak molekul ATP dipecah. Pecahan ikatan-ikatan ini dipermudah oleh kegiatan suatu enzim yang terletak diujung jembatan persimpangan miosin. Apabila ATP dipecah energi disimpan dalam ikatan-ikatan kimianya di pergunakan untuk menggerakkan jembatan persimpangan miosin. Gerakan pada jembatan simpangan miosin inilah yang menyebabkan serabut-serabut menghasilkan tegangan dan memendek. Jadi, kontraksi otot melibatkan perubahan bentuk energi kimia menjadi energi mekanik; yaitu, ikatan energi ATP digunakan untuk menambah bahan bakar gerakan tubuh manusia (Huxley, 1969).
Gerakan otot dapat dilanjutkan hanya selama serabut-serabut otot mengisi persediaan ATP yang telah siap. Tetepi, serabut otot selalu menyediakan sejumlah ATP yang sangat terbatas dan simpanan ini nyatanya, dapat dihabiskan hanya dengan beberapa kali kontraksi. Jadi, jelas bahwa kegiatan otot yang dipertahankan membutuhkan persediaan ATP yang terus menerus dan yang harus dipenuhi secara cepat. Pemeliharaan persediaan ATP dalam otot rangka begitu pentingnya untuk cepat berfungsi dnegn normal sehingga serabut otot mengembangkan sistem yang sangat rumit dan efektif untuk menghasilkan ATP.
Lorong metabolisme yang memelihara panyimpanan ATP serabut otot melakukannya begitu dengan memperbaiki ATP dari hasil penurunan martabatnya. Seperti terlihat dalam gambar 16.2, selama kontraksi ATP dipecah menjadi ADP (adenosin difosfat). Pembentukan kembali ATP diperoleh dengan mengikat kembali kelompok fosfat menjadi ADP. Karena pecahnya ATP melepaskan energi untuk digunakan dalam kontraksi otot, maka jelaslah bahwa pembentukan kembali ATP harus memerlukan masukan energi. Proses metabolisme serabut otot diperuntukkan memberi kebutuhan energi kimia untuk membentuk kembali ATP. Lorong metabolis menyelesaikan tugas ini dengan melepaskan energi dari bahan makanan yang kita makan. Pelepasan energi biasanya terjadi secara aeronik (misalnya, dengan menggunakan oksigen), tetapi ia dapat terjadi secara anaerobik (tanpa oksigen) untuk waktu yang singkat.

Metabolisme Otot Anaerobik
Akhirnya, seluruh tenaga bagi kegiatan otot diberikan dengan proses aerobik metabolis. Tetapi, beberapa bentuk kegiatan fisik menuntut bahwa sumber tenaga yang segera dibutuhkan untuk memperbaruhi ATP otot rangka harus anaerobik. Serabut otot mempunyai dua sistem penghasil energi yang bekerja ketika tidak ada oksigen (Gollnick dan Hermansen 1973).

Sistem Fosfata Kreatin
Fosfat kreatin (selanjutnya di beri simbol FK) adalah suatu zat seperti ATP berisi fosfat energi tinggi (lihat gambar 16.3)
Tidak seperti ATP, FK tidak dapat digunakan secara langsung untuk menggerakkan kontraksi otot. Tetapi, seperti diperlihatkan dalam gambar 16.3, FK digunakan untuk memperbarui ATP.
Karena terdapat di dalam serabut otot dan hanya dibutuhkan reaksi kimia tunggal untuk memindahkan pengikat energinya ke ATP, sistem FK dapat berfungsi dengan cepat. Dengan demikian tenaga (kecepatan hasil energi) dari sistem FK sangat tinggi. Namun sebaliknya, kemapuan sistem ini (seluruh jumlah energi) relatif rendah. Hal ini di sebabkan serabut otot hanya menyimpan sedikit FK. Jadi, sistem FK sangat berguna untuk membangkitkan kegiatan fisik jangka pendek yang sangat tinggi intensifnya. Misalnya, energi yang di butuhkan pada pelari cepat 36,5 meter dapat di penuhi dengan cara: (1) menggunakan ATP yang terdapat dalam serabut otot pada awal latihan, dan (2) memperbaruhi ATP dengan mengambil simpanan FK otot.

Glikolisis Anaerobik
Dalam kegiatan berolahraga olahragawan sering kali diminta untuk terus menerus berlatih dengn sungguh-sungguh dalam waktu yang cukup lama (misalnya, untuk lari 400 meter). Dalam keadaan demikian, lorong metabolisme, disebut glikolisis anaerobik, dianggap sangat penting. Lorong ini menggunakan karbohidrat yang tersimpan, yakni

Gambar 16.3. Fosfat Kreatin (FK) berisi pengikat fosfat energi tinggi, dimana bila pecah dapat memberi tenaga untuk memperbaruhi ATP dari ATP fosfat anaerobik



Gambar 16.4. Glikolisis anaerobik adalah suatu rangkaian reaksi kimia yang di hasilkan dalam pemecahan glikogen menjadi asam laktat. Dalam proses energi dilepaskan dan digunakan untuk memperbarui ATP (dari Fox, E..L., dan D.K. mathews, The Physlological Basic of Psysical Education and Atheletics, Edisi ke-3. Philadelpia:Sauders Collage Publishing, 1981)

Glikogen sebagai bahan pokonya. Glikolisis anaerobik meliputi satu rangkaian reaksi kimia yang melepaskan energi dari molekul glikogen. Energi ini digunakan untuk memperberuhi ATP, yang sebaliknya, digunakan dalam kontraksi otot (lihat gambar 16.4).
Glikolisis anaerobik sangat bermanfaat bagi olahragawan karena memberi cara menyediakan energi ATP yang sangat banyak tanpa menghabiskan oksigen (seperti akan di bicarakan selanjutnya pada bab ini, penyediaan oksigen dalam otot sering terbatas). Tetapi, glikolisis anaerobik mempunyai satu kelemahan pokok yakni wujud akhirnya asam laktat. Telah lama di ketahui bahwa asam laktat berhubungan dengan kelelahan otot. Apabila sejumlah banyak asam laktat terkumpul dalam otot fungsinya akan melemah dan mengakibatkan kelelahan (Tesch dkk., 1978). Akibatnya, kapasitas sistem glikolisis di batasi oleh penhyimpanan individual asam laktat yang diperbolehkan. Penyimpanan kasus asam laktat olahragawan yang diperbolehkan dicapai dengan waktu sekitar satu menit latihan “habis-hanisan” yang terus menerus.

Metabolisme Otot Aerobik
Sistem energi tubuh yang utama adalah metabolisme aerobik. Sistem ini memberi energi bagi pembaharuan ATP dengan oksidasi karbohidrat, lemak dan protein yang di simpan dalam sel. Tidak seperti sistem anaerobik, metabolisme aerobik sangat efisien dan pada akhirnya tidak menyebabkan kelelahan. Jadi, tubuh lebih suka menggunakan saluran aerobik, dan selama latihan selalu menggunakannya untuk jangkauan terbesar yang dimungkinkan (Holloszy,1973).
Seperti terlihat dalam gambar 16.5, bahan pokok untuk metabolisme aerobik adalah oksigen dan salah satu dari tiga bahan makanan uatama: karbohidrat, lemak dan protein. Dalam keadaan normal, protein yang sanagt sedikit di gunakan untuk mengeluarkan energi. Tetapi keduanya, lemak dan karbohidrat penting sebagai sumber selama kegiatan otot. Karena zat glikogen (suatu karbohidrat) dan trigliserid (suatu lemak) banyak sekali disimpan dalam serabut otot, persendian zat-zat ini tidak pernah habis selama latihan. Tetapi, serabut otot hanya mampu menyimpan sejumlah kecil oksigen, dan oleh karenanya oksigen harus terus menerus disalurkan keserabut otot tersebut.
Metabolisme aerobik menyebabkan penghancuran makanan yang dibutuhkan sebagai bahan baku. Ini membantu meningkatkan efisiensi sistem aerobik, karena hampir semua energi yang disimpan dalam molekul bahan makanan digunakan untuk memperbaruhi ATP. Sebagai contoh, metabolisme aerobik dari satu unit glikogen menimbulkan pembaharuan 38 unit ATP. Sebaliknya, metabolisme anaerobik dari satu unit glikogen hanya memperbaharui 2 unit ATP. Harus di catat pula,bahwa hasil akhir metabolisme aerobik adalah air dan karbondioksida, kedua zat ini disediakan oleh tubuh, sehingga produksinya tidak membatasi kapasitas kerja olahragawan. Ini tentunya berlawanan dengan glikolisis anaerobik yang memproduksi asam laktat.
Karena sistem aerobik sangat efisien dan tidak menimbulkan kelelahan, sistem ini merupakan sumber energi otot yang lebih disukai. Selama latihan dengan intensitas sedang dan rendah, metabolisme aerobik benar-benar menyediakan seluruh energi ATP yang dibutuhkan oleh otot. Ini dapat terjadi karena, dalam keadaan seperti ini, sistem pernafasan jantung dapat menggerakkan oksigen ke otot secara teratur. Maka, kegiatan olahraga yang memerlukan penggunaan oksigen dengan intensitas sedang sangat tergantung pada sistem metabolisme aerobik.
Peran oksigen dalam metabolisme aerobik tidak boleh diabaikan. Mudahnya, tanpa oksigen metabolisme aerobik tidak mungkin terjadi. Banyak sekali oksigen di atmosfir. Tetapi, selama latihan metabolisme aerobik terjadi didalam mitokondria pada serabut otot. Maka, agar berperan aktif di dalam metabolisme; oksigen harus dipindahkan dari atmosfir ke mitrokondria otot. Tugas ini dilakukan oleh sistem paru jantung (paru,jantung, darah dan pembuluh darah). Karena sistem ini sangat menentukan keaktifan otot, fungsi paru jantung selama latihan akan dibicarakan secara rinci pada bab berikutnya.

Tenaga dan Kapasitas Sistem Energi
Ketiga sistem energi sangat mendukung kemampuan olahragawan untuk menampilkan gerakan dengan penuh semangat. Tiga sistem tersebut saling melengkapi, tetapi masing-masing mempunyai sifat khusus yang menyebabkannya menjadi sumber energi yang dominan untuk jenis latihan tertentu. Dengan demikian, tiap sistem mempunyai tenaga dan kapasitas maksimal yang tidak sama.
Tenaga, seperti dibicarakan pada awal bab ini, adalah kecepatan dimana kerka ditampilkan. Jadi, dalam kaitannya dengn sistem energi, tenaga maksimal berarti kecepatan terbesar dimana sistem tersebut dapat menyediakan energi bagi kerja otot. Kapasitas maksimal dari suatu sistem adlah keseluruhan jumlah energi yang tersedia bagi kerja

Gambar 16.5. Rangkuman sistem aerobik (oksigen). Glikogen dioksidasi dalam 3 hari reaksi kimia, glikolisis aerobik dimana asam piruvik dibentuk dan beberapa ATP diperintahkan kembali. Lingkaran Krebs dimana CO2 dihasilkan dan H+ dan e- dipindahkan: dan sistem pemindahan elektron dimana H2O di bentuh dari H+ dan e-, serta oksigen dan beberapa ATP yang di sintesis kembali. Bila digunakan sebagai bahan bakar bagi sintesis kembali ATP, lemak dan protein juga pergi melewati lingkaran Krebbs dan sistem transportasi elektron (dari Fox, E..L., dan D.K. mathews, The Physlological Basic of Psysical Education and Atheletics, Edisi ke-3. Philadelpia:Sauders Collage Publishing, 1981)

Otot melalui sistem tersebut. Tabel 16.1 menunjukkan tenaga maksimal dan kapasitas maksimal bagi ketiga sitem energi.
Tenaga maksimal si
stem FK sanagt tinggi, akibatnya ini menjadi sumber utama energi otot selama kegiatan dengan intensitas sangat tinggi (misalnya melompat, lari cepat). Tetapi karena serabut otot hanya menyimpan FK dalam jumlah kecil, sistem ini rendah kapasitasnya dan hanya dapat mendukung latihan keras dalam beberapa detik saja. Sebaliknya, siste aerobik mempunyai kapasitas yang sangat besar, tetapi memiliki tenaga maksimal yang sangat terbatas. Kapasitas sistem aerobik dianggap tak terbatas karena bahan

Tabel 16.1. tenaga maksimal dan kapasitas maksimal dari ketiga sistem energi
Sistem
Tenaga Maksimal (Unit ATP yang disediakan per menit)
Kapasitas Maksimal (jumlah unit ATP tersedia)
ATP - FK
3.6
0.7
Glikolisis Anaerobik
1.6
1.2
Aerobik
1.0
Tak Terbatas
Dari Fox, E..L., dan D.K. mathews, The Physlological Basic of Psysical Education and Atheletics, Edisi ke-3. Philadelpia:Sauders Collage Publishing, 1981

bakunya, oksigen dan juga karbohidrat atau lemak, biasanya tersedia dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada yang dibutuhkan selama latihan. Tetapi, kecepatan maksimal penggunaan energi melalui sistem aerobik, tenaga aerobik maksimal di batasi oleh kecepatan maksimal dimana sistem parujantung dapat mengirim oksigen ke otot. Seperti akan dibicarakan pada baba berikutnya, kecepatan pengirirman oksigen sering kali sangat terbatas.
Tenaga dan kapasitas maksimal sistem glikolisis anaerobik terdapat diantara FK dan sistem aerobik. Kapasita sistem glikolisis anerobik, meskipun lebih besar dari pada FK, dibatasi oleh penimbunan sisa akhir yang melelahkan sama laktat. Tenaga maksimal sistem glikolitik mini sangat besar sehingga, dapat menyediakan kebutuhan ATP bagi kegiatan dengan intensitas relatif tinggi.

Rangkaian Energi
Meskipun masing-masing sitem energi bersifat unik, ketiganya sering bekerja sama untuk memberikan energi bagi kegiatan otot (Fox dan Mathew 1981). Dalam keadaan biasa, sesungguhnya seluruh energi ATP tubuh dipenuhi melalui metabolisme aerobik. Selama latihan, metabolisme aerobik selalu menyediakan energi sesuai dengan seluruh kebutuhan otot. Besarnya energi ini bergantung pada kecepatan penyaluran oksigen kepada otot yang bekerja. Dalam berbagai bentuk latihan, metabolisme aerobik tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan energi karena adanya keterbatasan sistem penyaluran oksigen (misalnya fungsi parujantung). Dalam hal semacam ini, proses anaerobik melengkapi metabolisme aerobik sehingga kebutuhan energi otot dapat dipenuhi.
Secara relatif sistem aerobik dan anaerobik ikut mendukung pengeluaran seluruh energi. Dukungan ini sanagt tergantung pada intensitas dan lamanya latihan pertandingan diadakan. Seperti ditunjukkan pada gambar 16.6, dalam latihan yang tidak terlalu lama tetapi dengan intensitas yang tinggi didominasi oleh sistem anaerobik. Ini di perlukan karena persendiaan oksigen otot tidak mencukupi tuntutan kebutuhan. Dalam latihan yang lamanya hanay beberapa detik, fungsi glikolisis anaerobik sebagai sumber energi menjadi semakin penting. Olahragawan yang melakukan latihan lengkap selama 15 detik sampai 2 menit mengambil banyak energi otot mereka dari glikolisis dan oleh karenanya, mungkin mengalami kelelahan karena mengalami penimbunan asam laktat.
Metabolisme aerobik bekerja dalam semua jenis latihan sehingga memberikan dukungan yang sanagt besar pada pemenuhan kebutuhan energi olehragawan. Dukungan ini sangat penting sejalan dengan peningkatan aktivitas. Seperti di tunjukkan dalam gambar 16.6, dalam suatu pertandingan “habis-habisan” selama 2 menit, kira-kira setelah energi tubuh disediakan secara aerobik. Aktivitas dengan jangka waktu yang lebih lama lebih banyak lagi mengandalkan sistem aerobik. Aktivitas otot yang lebih lama dari 3 atau 4 menit persediannya hampir seluruhnya tergantung pada sistem aerobik.

Gambar 16.6. Perkiraan presentasi pembagian sumber energi aerobik dan anaeron=bik dalam nomor atletik pilihan. Daerah yang tidak diarsir menggambarkan kelebihan metabolisme anaerobik (kiri) atau aerobik (kanan). Daerah yang diarsir menggambarka nomor dimana sistem anaerobik dan aerobik hampir sama pentingnya (Dari Fox, E..L., dan D.K. mathews, The Physlological Basic of Psysical Education and Atheletics, Edisi ke-3. Philadelpia:Sauders Collage Publishing, 1981)

Ringkasan
Olahraga meliputi aktivitas kerja yang kadang-kadang harus dilakukan dengan cepat, yakni tenaga dengan kecepatan (kerja per satuan waktu). Kerja yang ada dalam gerakan manusia terjadi melalkui pemindahan energi potensial, energi kimia ke energi kinetik, energi mekanik. Pemindahan ini dilakukan oleh serabut-serabut otot rangka yang mengubah energi kimia ATP menjadi energi mekanik kontraksi otot. Sistem metabolisme anaerobik berfungdi untuk mempertahankan tingkat ATP yang memadai dalam sel otot.
Sistem anaerobik, termasuk fosfo kreatin dan saluran glikolitik, tidak mebutuhkan oksigen, dan berfungsi dalam tenaga dengan kecepatan tinggi, tetapi menunjukkan kapasitas yang sangat terbatas. Sebaliknya, sistem aerobik membutuhkan oksigen, berfubgsi pada tingkat kegiatan sedang, dan memiliki kapsitas yang tidak terbatas. Sistem aerobik tersebut menyediakan energi terbanyak bagi kegiatan dengn intensitas rendah dan sedang, sedangakan sistem anaerobik menonjol selama kegiatan dengan intensitas sangat tinggi.
Selama banyak kegiatan sistem aerobik dan anaerobik bekerja besama-sama untuk mendpatkan tuntutan otot dan energi ATP.

Daftar Pustaka
Fox, E.L., dan Methews, D.K. 1981. The Physiological Basis Of Physical Education And Athletics. Edisi ke-3.Philadelpia:sauders Collage Publish
Gollnick, P.D., and Hermansen, L. 1973. Biomechanical Adaptations To Exercise:Anaerobik Metabolism. Dalam: exercise and sport sciences review. Vol. 1. Diedit oleh j. Wilmore. New york:academic press.
Hollozy,J.().1973. Biomechanical Adaptations To Exercise:Anaerobik Metabolism. Dalam: exercise and sport sciences review. Vol. 1. Diedit oleh j. Wilmore. New york:academic press.
Huxley, H.1969. the mechanism of muscular contraction. Dalam Science. 164: 1356-1366.
Tesch,P.,Sjodin, B., Thorstenson, A., dan Karlson,J. 1978. Muscle Fatigue Its Relation To Lactate Accumulation LDH Activity in Man. Dalam: Acta Physiologica Scandinavica.103:413-420

Bacaan yang dianjurkan
Astrand, P.O., dan Rodahl,K.1977. Textbook Of Work Physiology.Edisi ke-2. New York:Megraw-Hill.
Lehninger, A.L. 1973. Bionergetics. Edisi ke-2. Menlo Park,Calofornia:W.A.Benyamin,Inc.
Margaria,R.1972.The Sources of Muscular Energy.Dalam:Scientific American. 226:84