Penggunaan Energi Pada Aktivitas Otot

Publicado  Senin, 03 Mei 2010

Penggunaan Energi Pada Aktivitas Otot

Aktivitas olahraga sering kali memberi contoh paling jelas tentang pengeluaran energi seseorang. Pemain bola basket yang melakukan lompatan tengah harus mengeluarkan energi yang sangat banyak, meskipun hanya sesaat. Sebaliknya perenanga jarak jauh mengeluarkan energi dalam jumlah sedang untuk beberapa jam. Bab ini membahas proses bagaimana tubuh menghasilkan energi untuk aktivitas otot. Bab ini juga membari gambaran pola pengeluaran olahragawan sering di batasi oleh kemampuan memindahkan energi.
Energi,Kerja dan Tenaga
Dalam olahraga biasanya kita menyebut seorang olahragawan mempunyai “banyak tenaga” atau “kehabisan tenaga”. Dengan demikian, kita cenderung menyebut olahragawan “pekerja keras”, atau “kerja seperti kuda”, dan tentu saja kita sering menunjuk olahragawan sebagai “penuh tenaga”. Karena penggunaan istilah tertentu sering mengaburkan arti yang sebenarnya, kita akan mengawali uraian ini dengan memberi definisi tentang energi, kerja dan tenaga.
Energi
Energi adalah daya untuk melakukan kerja. Meskipun diketahui dalam berbagai bentik, energi umumnya diukur dengan satuan panas kilokalori (kkal). Satuan kkal adalah banyaknya panas yang di butuhkan untuk menaikkan temperatur 1 liter air 10 Celcius. Energia ada dua bentuk energi potensial dan energi kinetik.
Sumber energi potensial diperoleh dimana-mana. Misalnya, badan peloncat yang naik menuju papan loncatan mempunyai energi potensial yang sangat besar. Potensi untuk melakukan kerja ini secara jelas dipertunjukkan ketika peloncat meninggalkan papan loncat dan turun dengn cepat ke kolam di bawahnya. Energi potensial juga di simpan dalam bentuk-bentuk seperti panas dan listrik dan dalam susunan bahan kimia
Energi kinetik adalah energi gerak dan oleh karena itu biasanya diamati dalam kegiatan olahraga. Dalam atletik kita sering melihat pemindahan energi potensial ke energi kinetik dengan cepat. Dalam contoh yang dikutip sebelumnya, energi potensial peloncat secara cepat diubah bentuknya kedalam energi kinetik ketika gerakan turun terjadi. Demikian juga halnya pemain tengah belakang pada sepakbola yang berlari cepat ketengah lapangan mempertunjukkan energi kinetik tingkat tinggi. Sumber energi potensial dari energi kinetik pemain sepakbola ini akan di bicarakan dalam bagian terakhir bab ini.
Konsep utama tentang energi disimpulkan dalam hukum dasar fisika. Yakni, energi tidak diciptakan maupun dirisak, tetapi di dapat berubah bentuk. Jadi, olahragawan tidak menciptakan energi, juga tidak merusak dan juga membatasinya. Tetapi mereka secara terus menerus mengubah bentuk energi kimia potensial ke energi mekanik kinetik, perubahan bentuk energi adalah dasar kegiatan otot.
Kerja
Kerja adalah penampilan energi kinetik. Kerja melibatkan gerakan dan secara kuantitatif sama

Gambar 16.1 Hitungan kerja dan tenaga jika seorang pelari dengan berat badan 140 pon menaiki bukit setinggi 200 kaki, kerja yang di hasilkan sebesar 28.000 kaki pon. Berat badan pelari = 140 pon. Waktu untuk mendaki bukit = 2 menit. Kerja = tenaga x jarak = 140 pon x 200 kaki = 28.000 kaki-pon. Tenaga = kerjawaktu = 28.000 kaki-pon2 menit = 14.000 kaki-pon/menit.

dengan hasil perkalian antara tenaga dan jarak penggunaan tenaga tersebut (K= T x J, K = kerja, T = tenaga, J = jarak)
Karena energi adalah daya untuk melakukan kerja, energi dan kerja adalah dua istilah yang dapat saling dipertukarkan, dan dapat dinyatakan dalam satuan yang sama ( misalnya,kalori, kaki-pon, kilogram-meter). Jadi, suatu kerja otot tertentu dapat dianggap setara dengan suatu jumlah energi potensial. Sebagai contoh, seorang pelari lintas alam dengan berat badan 140 pon yang lari menaiki bukit setinggi 200 kaki menghabiskan kerja 28.000 kaki-pon, dan ini setara dengan kira-kira energi 9 kkal (Gambar 16.1)

Tenaga
Tenaga adalah kerja yang dinyatakan dalam tiap unit waktu :
T=kerjawaktu
Tenaga adalahsuatu konsep yang sangat penting dalam atletik karena tenaga menentuka kecepatan penampilan kerja. Biasanya dalam olahraga kita kurang memperhatikan jumlah kerja yang kerja yang ditampilkan olahragawan. Kita lebih memperhatikan kecepatan yang mereka tampilkan. Dalam olahraga tingkat penampilan yang lebih tinggi biasanya berkaitan dengan kecepatan kerja yang lebih tinggi atau tenaga besar.
Karena kerja adalah perwujudan energi kinetik, tenaga dapat dinyatakan dengan satuan-satuan kerja atau energi tiap unit waktu. Dengan contoh pelari tingkat alam tersebut (gambar 16.1) apabila ia lari naik bukit dalam dua menit, tenega yang keluar akan menjadi 14.000 kaki-pon/menit. Ini setara dengan kecepatan tenaga keluar 4.5kkal/menit.

Perubahan Bentuk Energi Oleh Otot Rangka
Seperti dibicarakan pada Bab XV, kontraksi otot di sertai dengan pecahnya ATP. ATP, setiap saat di sebut “tenaga peredar” sel, terdapat dalam serabut otot dan sebagai sumber tenaga mendadak
Gambar 16.2. ( A)Molekul ATP berisi dua ikatan fosfat energi tinggi. Selama kontraksi otot ATP dipecah menjadi ADP, melepaskan energi yang digunakan untuk membakar proses kontraktil (B) (Dari Fox, E.I.., dan D.K. Mathews, The Physlological Basic of Psysical Education and Atheletics, Edisi ke-3. Philadelpia:Sauders Collage Publishing, 1981)

Untuk kegiatan otot. Seperti diperlihatkan dalam gambar 16.2, tiap molekul ATP berisi dua ikatan fosfat energi tinggi. Ikatan kimia ini menggambarakan kembali suatu pusat energi potensial yang dapat di ubah bentuknya menjadi energi kinetik di bawah dasar-dasar yang terdahulu.
Selama kontraksi serabut otot energi tinggi dari banyak molekul ATP dipecah. Pecahan ikatan-ikatan ini dipermudah oleh kegiatan suatu enzim yang terletak diujung jembatan persimpangan miosin. Apabila ATP dipecah energi disimpan dalam ikatan-ikatan kimianya di pergunakan untuk menggerakkan jembatan persimpangan miosin. Gerakan pada jembatan simpangan miosin inilah yang menyebabkan serabut-serabut menghasilkan tegangan dan memendek. Jadi, kontraksi otot melibatkan perubahan bentuk energi kimia menjadi energi mekanik; yaitu, ikatan energi ATP digunakan untuk menambah bahan bakar gerakan tubuh manusia (Huxley, 1969).
Gerakan otot dapat dilanjutkan hanya selama serabut-serabut otot mengisi persediaan ATP yang telah siap. Tetepi, serabut otot selalu menyediakan sejumlah ATP yang sangat terbatas dan simpanan ini nyatanya, dapat dihabiskan hanya dengan beberapa kali kontraksi. Jadi, jelas bahwa kegiatan otot yang dipertahankan membutuhkan persediaan ATP yang terus menerus dan yang harus dipenuhi secara cepat. Pemeliharaan persediaan ATP dalam otot rangka begitu pentingnya untuk cepat berfungsi dnegn normal sehingga serabut otot mengembangkan sistem yang sangat rumit dan efektif untuk menghasilkan ATP.
Lorong metabolisme yang memelihara panyimpanan ATP serabut otot melakukannya begitu dengan memperbaiki ATP dari hasil penurunan martabatnya. Seperti terlihat dalam gambar 16.2, selama kontraksi ATP dipecah menjadi ADP (adenosin difosfat). Pembentukan kembali ATP diperoleh dengan mengikat kembali kelompok fosfat menjadi ADP. Karena pecahnya ATP melepaskan energi untuk digunakan dalam kontraksi otot, maka jelaslah bahwa pembentukan kembali ATP harus memerlukan masukan energi. Proses metabolisme serabut otot diperuntukkan memberi kebutuhan energi kimia untuk membentuk kembali ATP. Lorong metabolis menyelesaikan tugas ini dengan melepaskan energi dari bahan makanan yang kita makan. Pelepasan energi biasanya terjadi secara aeronik (misalnya, dengan menggunakan oksigen), tetapi ia dapat terjadi secara anaerobik (tanpa oksigen) untuk waktu yang singkat.

Metabolisme Otot Anaerobik
Akhirnya, seluruh tenaga bagi kegiatan otot diberikan dengan proses aerobik metabolis. Tetapi, beberapa bentuk kegiatan fisik menuntut bahwa sumber tenaga yang segera dibutuhkan untuk memperbaruhi ATP otot rangka harus anaerobik. Serabut otot mempunyai dua sistem penghasil energi yang bekerja ketika tidak ada oksigen (Gollnick dan Hermansen 1973).

Sistem Fosfata Kreatin
Fosfat kreatin (selanjutnya di beri simbol FK) adalah suatu zat seperti ATP berisi fosfat energi tinggi (lihat gambar 16.3)
Tidak seperti ATP, FK tidak dapat digunakan secara langsung untuk menggerakkan kontraksi otot. Tetapi, seperti diperlihatkan dalam gambar 16.3, FK digunakan untuk memperbarui ATP.
Karena terdapat di dalam serabut otot dan hanya dibutuhkan reaksi kimia tunggal untuk memindahkan pengikat energinya ke ATP, sistem FK dapat berfungsi dengan cepat. Dengan demikian tenaga (kecepatan hasil energi) dari sistem FK sangat tinggi. Namun sebaliknya, kemapuan sistem ini (seluruh jumlah energi) relatif rendah. Hal ini di sebabkan serabut otot hanya menyimpan sedikit FK. Jadi, sistem FK sangat berguna untuk membangkitkan kegiatan fisik jangka pendek yang sangat tinggi intensifnya. Misalnya, energi yang di butuhkan pada pelari cepat 36,5 meter dapat di penuhi dengan cara: (1) menggunakan ATP yang terdapat dalam serabut otot pada awal latihan, dan (2) memperbaruhi ATP dengan mengambil simpanan FK otot.

Glikolisis Anaerobik
Dalam kegiatan berolahraga olahragawan sering kali diminta untuk terus menerus berlatih dengn sungguh-sungguh dalam waktu yang cukup lama (misalnya, untuk lari 400 meter). Dalam keadaan demikian, lorong metabolisme, disebut glikolisis anaerobik, dianggap sangat penting. Lorong ini menggunakan karbohidrat yang tersimpan, yakni

Gambar 16.3. Fosfat Kreatin (FK) berisi pengikat fosfat energi tinggi, dimana bila pecah dapat memberi tenaga untuk memperbaruhi ATP dari ATP fosfat anaerobik



Gambar 16.4. Glikolisis anaerobik adalah suatu rangkaian reaksi kimia yang di hasilkan dalam pemecahan glikogen menjadi asam laktat. Dalam proses energi dilepaskan dan digunakan untuk memperbarui ATP (dari Fox, E..L., dan D.K. mathews, The Physlological Basic of Psysical Education and Atheletics, Edisi ke-3. Philadelpia:Sauders Collage Publishing, 1981)

Glikogen sebagai bahan pokonya. Glikolisis anaerobik meliputi satu rangkaian reaksi kimia yang melepaskan energi dari molekul glikogen. Energi ini digunakan untuk memperberuhi ATP, yang sebaliknya, digunakan dalam kontraksi otot (lihat gambar 16.4).
Glikolisis anaerobik sangat bermanfaat bagi olahragawan karena memberi cara menyediakan energi ATP yang sangat banyak tanpa menghabiskan oksigen (seperti akan di bicarakan selanjutnya pada bab ini, penyediaan oksigen dalam otot sering terbatas). Tetapi, glikolisis anaerobik mempunyai satu kelemahan pokok yakni wujud akhirnya asam laktat. Telah lama di ketahui bahwa asam laktat berhubungan dengan kelelahan otot. Apabila sejumlah banyak asam laktat terkumpul dalam otot fungsinya akan melemah dan mengakibatkan kelelahan (Tesch dkk., 1978). Akibatnya, kapasitas sistem glikolisis di batasi oleh penhyimpanan individual asam laktat yang diperbolehkan. Penyimpanan kasus asam laktat olahragawan yang diperbolehkan dicapai dengan waktu sekitar satu menit latihan “habis-hanisan” yang terus menerus.

Metabolisme Otot Aerobik
Sistem energi tubuh yang utama adalah metabolisme aerobik. Sistem ini memberi energi bagi pembaharuan ATP dengan oksidasi karbohidrat, lemak dan protein yang di simpan dalam sel. Tidak seperti sistem anaerobik, metabolisme aerobik sangat efisien dan pada akhirnya tidak menyebabkan kelelahan. Jadi, tubuh lebih suka menggunakan saluran aerobik, dan selama latihan selalu menggunakannya untuk jangkauan terbesar yang dimungkinkan (Holloszy,1973).
Seperti terlihat dalam gambar 16.5, bahan pokok untuk metabolisme aerobik adalah oksigen dan salah satu dari tiga bahan makanan uatama: karbohidrat, lemak dan protein. Dalam keadaan normal, protein yang sanagt sedikit di gunakan untuk mengeluarkan energi. Tetapi keduanya, lemak dan karbohidrat penting sebagai sumber selama kegiatan otot. Karena zat glikogen (suatu karbohidrat) dan trigliserid (suatu lemak) banyak sekali disimpan dalam serabut otot, persendian zat-zat ini tidak pernah habis selama latihan. Tetapi, serabut otot hanya mampu menyimpan sejumlah kecil oksigen, dan oleh karenanya oksigen harus terus menerus disalurkan keserabut otot tersebut.
Metabolisme aerobik menyebabkan penghancuran makanan yang dibutuhkan sebagai bahan baku. Ini membantu meningkatkan efisiensi sistem aerobik, karena hampir semua energi yang disimpan dalam molekul bahan makanan digunakan untuk memperbaruhi ATP. Sebagai contoh, metabolisme aerobik dari satu unit glikogen menimbulkan pembaharuan 38 unit ATP. Sebaliknya, metabolisme anaerobik dari satu unit glikogen hanya memperbaharui 2 unit ATP. Harus di catat pula,bahwa hasil akhir metabolisme aerobik adalah air dan karbondioksida, kedua zat ini disediakan oleh tubuh, sehingga produksinya tidak membatasi kapasitas kerja olahragawan. Ini tentunya berlawanan dengan glikolisis anaerobik yang memproduksi asam laktat.
Karena sistem aerobik sangat efisien dan tidak menimbulkan kelelahan, sistem ini merupakan sumber energi otot yang lebih disukai. Selama latihan dengan intensitas sedang dan rendah, metabolisme aerobik benar-benar menyediakan seluruh energi ATP yang dibutuhkan oleh otot. Ini dapat terjadi karena, dalam keadaan seperti ini, sistem pernafasan jantung dapat menggerakkan oksigen ke otot secara teratur. Maka, kegiatan olahraga yang memerlukan penggunaan oksigen dengan intensitas sedang sangat tergantung pada sistem metabolisme aerobik.
Peran oksigen dalam metabolisme aerobik tidak boleh diabaikan. Mudahnya, tanpa oksigen metabolisme aerobik tidak mungkin terjadi. Banyak sekali oksigen di atmosfir. Tetapi, selama latihan metabolisme aerobik terjadi didalam mitokondria pada serabut otot. Maka, agar berperan aktif di dalam metabolisme; oksigen harus dipindahkan dari atmosfir ke mitrokondria otot. Tugas ini dilakukan oleh sistem paru jantung (paru,jantung, darah dan pembuluh darah). Karena sistem ini sangat menentukan keaktifan otot, fungsi paru jantung selama latihan akan dibicarakan secara rinci pada bab berikutnya.

Tenaga dan Kapasitas Sistem Energi
Ketiga sistem energi sangat mendukung kemampuan olahragawan untuk menampilkan gerakan dengan penuh semangat. Tiga sistem tersebut saling melengkapi, tetapi masing-masing mempunyai sifat khusus yang menyebabkannya menjadi sumber energi yang dominan untuk jenis latihan tertentu. Dengan demikian, tiap sistem mempunyai tenaga dan kapasitas maksimal yang tidak sama.
Tenaga, seperti dibicarakan pada awal bab ini, adalah kecepatan dimana kerka ditampilkan. Jadi, dalam kaitannya dengn sistem energi, tenaga maksimal berarti kecepatan terbesar dimana sistem tersebut dapat menyediakan energi bagi kerja otot. Kapasitas maksimal dari suatu sistem adlah keseluruhan jumlah energi yang tersedia bagi kerja

Gambar 16.5. Rangkuman sistem aerobik (oksigen). Glikogen dioksidasi dalam 3 hari reaksi kimia, glikolisis aerobik dimana asam piruvik dibentuk dan beberapa ATP diperintahkan kembali. Lingkaran Krebs dimana CO2 dihasilkan dan H+ dan e- dipindahkan: dan sistem pemindahan elektron dimana H2O di bentuh dari H+ dan e-, serta oksigen dan beberapa ATP yang di sintesis kembali. Bila digunakan sebagai bahan bakar bagi sintesis kembali ATP, lemak dan protein juga pergi melewati lingkaran Krebbs dan sistem transportasi elektron (dari Fox, E..L., dan D.K. mathews, The Physlological Basic of Psysical Education and Atheletics, Edisi ke-3. Philadelpia:Sauders Collage Publishing, 1981)

Otot melalui sistem tersebut. Tabel 16.1 menunjukkan tenaga maksimal dan kapasitas maksimal bagi ketiga sitem energi.
Tenaga maksimal si
stem FK sanagt tinggi, akibatnya ini menjadi sumber utama energi otot selama kegiatan dengan intensitas sangat tinggi (misalnya melompat, lari cepat). Tetapi karena serabut otot hanya menyimpan FK dalam jumlah kecil, sistem ini rendah kapasitasnya dan hanya dapat mendukung latihan keras dalam beberapa detik saja. Sebaliknya, siste aerobik mempunyai kapasitas yang sangat besar, tetapi memiliki tenaga maksimal yang sangat terbatas. Kapasitas sistem aerobik dianggap tak terbatas karena bahan

Tabel 16.1. tenaga maksimal dan kapasitas maksimal dari ketiga sistem energi
Sistem
Tenaga Maksimal (Unit ATP yang disediakan per menit)
Kapasitas Maksimal (jumlah unit ATP tersedia)
ATP - FK
3.6
0.7
Glikolisis Anaerobik
1.6
1.2
Aerobik
1.0
Tak Terbatas
Dari Fox, E..L., dan D.K. mathews, The Physlological Basic of Psysical Education and Atheletics, Edisi ke-3. Philadelpia:Sauders Collage Publishing, 1981

bakunya, oksigen dan juga karbohidrat atau lemak, biasanya tersedia dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada yang dibutuhkan selama latihan. Tetapi, kecepatan maksimal penggunaan energi melalui sistem aerobik, tenaga aerobik maksimal di batasi oleh kecepatan maksimal dimana sistem parujantung dapat mengirim oksigen ke otot. Seperti akan dibicarakan pada baba berikutnya, kecepatan pengirirman oksigen sering kali sangat terbatas.
Tenaga dan kapasitas maksimal sistem glikolisis anaerobik terdapat diantara FK dan sistem aerobik. Kapasita sistem glikolisis anerobik, meskipun lebih besar dari pada FK, dibatasi oleh penimbunan sisa akhir yang melelahkan sama laktat. Tenaga maksimal sistem glikolitik mini sangat besar sehingga, dapat menyediakan kebutuhan ATP bagi kegiatan dengan intensitas relatif tinggi.

Rangkaian Energi
Meskipun masing-masing sitem energi bersifat unik, ketiganya sering bekerja sama untuk memberikan energi bagi kegiatan otot (Fox dan Mathew 1981). Dalam keadaan biasa, sesungguhnya seluruh energi ATP tubuh dipenuhi melalui metabolisme aerobik. Selama latihan, metabolisme aerobik selalu menyediakan energi sesuai dengan seluruh kebutuhan otot. Besarnya energi ini bergantung pada kecepatan penyaluran oksigen kepada otot yang bekerja. Dalam berbagai bentuk latihan, metabolisme aerobik tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan energi karena adanya keterbatasan sistem penyaluran oksigen (misalnya fungsi parujantung). Dalam hal semacam ini, proses anaerobik melengkapi metabolisme aerobik sehingga kebutuhan energi otot dapat dipenuhi.
Secara relatif sistem aerobik dan anaerobik ikut mendukung pengeluaran seluruh energi. Dukungan ini sanagt tergantung pada intensitas dan lamanya latihan pertandingan diadakan. Seperti ditunjukkan pada gambar 16.6, dalam latihan yang tidak terlalu lama tetapi dengan intensitas yang tinggi didominasi oleh sistem anaerobik. Ini di perlukan karena persendiaan oksigen otot tidak mencukupi tuntutan kebutuhan. Dalam latihan yang lamanya hanay beberapa detik, fungsi glikolisis anaerobik sebagai sumber energi menjadi semakin penting. Olahragawan yang melakukan latihan lengkap selama 15 detik sampai 2 menit mengambil banyak energi otot mereka dari glikolisis dan oleh karenanya, mungkin mengalami kelelahan karena mengalami penimbunan asam laktat.
Metabolisme aerobik bekerja dalam semua jenis latihan sehingga memberikan dukungan yang sanagt besar pada pemenuhan kebutuhan energi olehragawan. Dukungan ini sangat penting sejalan dengan peningkatan aktivitas. Seperti di tunjukkan dalam gambar 16.6, dalam suatu pertandingan “habis-habisan” selama 2 menit, kira-kira setelah energi tubuh disediakan secara aerobik. Aktivitas dengan jangka waktu yang lebih lama lebih banyak lagi mengandalkan sistem aerobik. Aktivitas otot yang lebih lama dari 3 atau 4 menit persediannya hampir seluruhnya tergantung pada sistem aerobik.

Gambar 16.6. Perkiraan presentasi pembagian sumber energi aerobik dan anaeron=bik dalam nomor atletik pilihan. Daerah yang tidak diarsir menggambarkan kelebihan metabolisme anaerobik (kiri) atau aerobik (kanan). Daerah yang diarsir menggambarka nomor dimana sistem anaerobik dan aerobik hampir sama pentingnya (Dari Fox, E..L., dan D.K. mathews, The Physlological Basic of Psysical Education and Atheletics, Edisi ke-3. Philadelpia:Sauders Collage Publishing, 1981)

Ringkasan
Olahraga meliputi aktivitas kerja yang kadang-kadang harus dilakukan dengan cepat, yakni tenaga dengan kecepatan (kerja per satuan waktu). Kerja yang ada dalam gerakan manusia terjadi melalkui pemindahan energi potensial, energi kimia ke energi kinetik, energi mekanik. Pemindahan ini dilakukan oleh serabut-serabut otot rangka yang mengubah energi kimia ATP menjadi energi mekanik kontraksi otot. Sistem metabolisme anaerobik berfungdi untuk mempertahankan tingkat ATP yang memadai dalam sel otot.
Sistem anaerobik, termasuk fosfo kreatin dan saluran glikolitik, tidak mebutuhkan oksigen, dan berfungsi dalam tenaga dengan kecepatan tinggi, tetapi menunjukkan kapasitas yang sangat terbatas. Sebaliknya, sistem aerobik membutuhkan oksigen, berfubgsi pada tingkat kegiatan sedang, dan memiliki kapsitas yang tidak terbatas. Sistem aerobik tersebut menyediakan energi terbanyak bagi kegiatan dengn intensitas rendah dan sedang, sedangakan sistem anaerobik menonjol selama kegiatan dengan intensitas sangat tinggi.
Selama banyak kegiatan sistem aerobik dan anaerobik bekerja besama-sama untuk mendpatkan tuntutan otot dan energi ATP.

Daftar Pustaka
Fox, E.L., dan Methews, D.K. 1981. The Physiological Basis Of Physical Education And Athletics. Edisi ke-3.Philadelpia:sauders Collage Publish
Gollnick, P.D., and Hermansen, L. 1973. Biomechanical Adaptations To Exercise:Anaerobik Metabolism. Dalam: exercise and sport sciences review. Vol. 1. Diedit oleh j. Wilmore. New york:academic press.
Hollozy,J.().1973. Biomechanical Adaptations To Exercise:Anaerobik Metabolism. Dalam: exercise and sport sciences review. Vol. 1. Diedit oleh j. Wilmore. New york:academic press.
Huxley, H.1969. the mechanism of muscular contraction. Dalam Science. 164: 1356-1366.
Tesch,P.,Sjodin, B., Thorstenson, A., dan Karlson,J. 1978. Muscle Fatigue Its Relation To Lactate Accumulation LDH Activity in Man. Dalam: Acta Physiologica Scandinavica.103:413-420

Bacaan yang dianjurkan
Astrand, P.O., dan Rodahl,K.1977. Textbook Of Work Physiology.Edisi ke-2. New York:Megraw-Hill.
Lehninger, A.L. 1973. Bionergetics. Edisi ke-2. Menlo Park,Calofornia:W.A.Benyamin,Inc.
Margaria,R.1972.The Sources of Muscular Energy.Dalam:Scientific American. 226:84

1 komentar:

Anonim mengatakan...

queen casino no deposit bonus codes 2021【FREE】 - Casino in Japan
queen casino no deposit bonus クイーンカジノ codes 2021【FREE】 ✓New No Deposit Bonus Codes, Mobile & Casino ✓Play 10bet for real link 12bet ✓No Download required.